Sri Mulyani: Bank Dunia Beri Sejumlah Tip untuk Genjot Investasi
Reporter
Istman Musaharun Pramadiba
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 21 November 2017 19:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Bank Dunia (World Bank) banyak memberikan masukan kepada Indonesia dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo tadi pagi. Salah satunya adalah saran untuk menggenjot investasi ke Indonesia.
"Dibahas aspek-aspek apa saja yang bisa meningkatkan pertumbuhan investasi di Indonesia," ujar Sri saat dicegat di Istana Bogor, Selasa, 21 November 2017.
Baca: Bertemu Jokowi, PM Abe Puji Iklim Investasi Indonesia
Presiden Joko Widodo sebelumnya diberitakan tengah berupaya untuk menggenjot pertumbuhan investasi ke Indonesia. Sebab, menurut pria asal Solo tersebut, investasi merupakan kunci untuk menutupi kekurangan anggaran membangun infrastruktur. Kurang lebih, dibutuhkan Rp 1.500 triliun untuk memuluskan proyek-proyek infrastruktur strategis.
Adapun pertumbuhan investasi Indonesia di semester 1 tahun ini masih tergolong lamban. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa realisasi investasi semester 1 2017 hanya Rp336,7 triliun alias hanya tumbuh 12,9 persen year on year. Presentase itu lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan lima tahun terakhir yang di atas 14 persen.
Pencapaian target investasi tahun ini pun cukup rendah. Sepanjang enam bulan pertama, realisasi investasi hanya mencapai 49,6 persen dari target yang telah dipatok tahun ini sebesar Rp678,8 triliun. Padahal dalam dua tahun sebelumnya, realisasi investasi semester 1 sudah di atas 50 persen target.
Sri Mulyani melanjutkan, salah satu masukan yang diberikan World Bank adalah memperbaiki indeks kemudahan berbisnis. Terutama di daerah karena menurut World Bank masih kurang.
Merespons hal itu, kata Sri Mulyani, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk mendorong kompetisi perbaikan iklim investasi di daerah dengan berbagai cara yang objektif. Dengan begitu, semua daerah terpacu untuk ikut mendorong pertumbuhan investasi nasional. "Menggunakan bermacam cara yang objektif sehingga mereka bisa ukur iklim investasinya membaik atau tidak," ujarnya.