ICW: Ada Indikasi Kerugian Negara Rp 133 T dari Ekspor Batu Bara

Jumat, 10 November 2017 19:44 WIB

PLN Bakal Akuisisi Tambang Batu Bara

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesian Corruption Watch (ICW) memperhitungkan adanya kerugian negara Rp 133,6 triliun akibat adanya indikasi transaksi yang tidak terlaporkan dari ekspor batu bara selama periode 2006-2016. Peneliti ICW, Firdaus Ilyas, mengatakan kerugian itu terjadi dari kewajiban perusahaan batu bara untuk pajak penghasilan ataupun royalti.

"Berdasarkan hasil penelusuran ICW selama 2006 -2016, ditemukan indikasi un-reporting transaksi ekspor batu bara sebesar US$ 27,062 miliar atau setara Rp 365,3 triliun," ujarnya di sekretariat ICW, Jakarta, Jumat, 10 November 2017.

Metode yang digunakan ICW dalam menganalisis kewajaran transaksi perdagangan ekspor batu bara Indonesia adalah analisis kewajaran. Pertama, ICW membandingkan kewajaran transaksi nilai dan volume antara yang tercatat di Indonesia dan negara pembeli.

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan selama periode 2006-2016, Firdaus mengatakan volume ekspor batu bara yang tercatat melalui data Kementerian atau Badan Pusat Statistik sebanyak 3421,6 ton. Adapun data dari negara pembeli yang dicatat pada periode sama adalah 3147,5 ton. "Terdapat selisih 274,1 ton, di mana data versi Indonesia (Kementerian Perdagangan) lebih tinggi," ucapnya.

Namun, bila membandingkan nilai ekspor, kata Firdaus, selama 2006-2016 tercatat nilai ekspor batu bara Indonesia US$184,853 miliar (FOB Basis). Sedangkan berdasarkan data negara pembeli, total nilai impor batu bara dari Indonesia adalah US$ 226,525 miliar (CIF Basis). Terdapat selisih US$ 41,671 miliar. "FOB kita seharusnya lebih besar dari yang dilaporkan," tuturnya.

Data pembeli diperoleh dari berbagai sumber, seperti UN Comtrade, data bea dan cukai negara pembeli, dokumen kontrak penjualan batu bara, dan beberapa data lain.

Selanjutnya, ICW menganalisis kewajaran transaksi, apakah telah memenuhi arm length principle dengan Australia sebagai negara pembanding. "(Australia) dipilih karena memiliki kemiripan kondisi dan data terkait batu bara, baik volume, karakteristik, maupun lainnya, sehingga bisa dijadikan pembanding," katanya.

Dia menemukan adanya selisih freight untuk pengiriman barang dengan tujuan yang sama dari setiap negara. "Kami melihat selisih antara CIF dan FOB alias harga di negara pembeli dengan harga di pabean pengekspor," ujarnya. "Dari 2006-2016, nilai freight dan insurance dari Indonesia adalah US$ 20,18 per metrik ton, sementara Australia US$ 16,45 per metrik ton."

Dari data itu ICW melihat adanya kejanggalan dari data tersebut. "Kok, bisa biaya dari Indonesia lebih mahal? Padahal secara jarak Australia lebih jauh," katanya. Negara tujuan ekspor yang dimaksud adalah India, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, dan sebagainya.

Dari ketidakwajaran itu, lantas lembaga pemerhati korupsi tersebut menganalisis lebih lanjut dampak yang ditimbulkan, terutama yang terkait dengan kewajiban keuangan terhadap negara, seperti pembayaran royalti dan pajak. Adapun rincian indikasi kerugian negara adalah dari kewajiban pajak Rp 95,2 triliun dan royalti Rp 38,5 triliun.

Berita terkait

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

39 menit lalu

Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

Faisal Basri mengkritisi promosi kendaraan listrik yang selama ini tak mengungkap adanya dampak negatif lantaran masih mengandalkan batu bara

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

4 jam lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

13 jam lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

19 jam lalu

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak agar kalangan perbankan berhenti memberikan dukungan pendanaan energi kotor seperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

3 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

8 hari lalu

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya

Polemik Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

30 hari lalu

Polemik Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

Kabar peleburan KPK dengan Ombudsman menimbulkan polemik. Bappenas membantah tengah membahas peleburan tersebut.

Baca Selengkapnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

32 hari lalu

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk periode 2011-2016 Milawarman divonis bebas dalam kasus dugaan korupsi akuisisi saham milik PT Satria Bahana Sarana (SBS).

Baca Selengkapnya

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

46 hari lalu

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

Pusat Studi Ekonomi dan Sumber Daya Alam (Pusesda) menolak rencana Bahlil membagikan izin usaha pertambangan (IUP) ke organisasi kemasyarakatan.

Baca Selengkapnya