Menteri Perhubungan: Progres Kereta Bandara Capai 90 Persen
Reporter
Alfan Hilmi
Editor
Erwin Prima
Minggu, 8 Oktober 2017 04:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan perkembangan Kereta Bandara Soekarno-Hatta sudah mencapai 90 persen. Dia optimistis proyek kerja sama Angkasa Pura II dengan PT KAI tersebut selesai sesuai target pada 25 November 2017.
Baca: Proyek Kereta Bandara Soekarno Hatta Ditargetkan Rampung November
“Kami optimistis ini sesuai dengan target karena berikutnya 25 November sudah akan bisa beroperasi. Progres sudah mencapai 90 persen” kata Budi saat meninjau pengerjaan Kereta Bandara di Batu Ceper, Tangerang, Sabtu 7 Oktober 2017.
Budi mengatakan urusan pembebasan lahan sudah selesai. Menurut Budi kali ini yang masih harus diselesaikan adalah pengerjaan rel dan elektrifikasi dari Stasiun Batu Ceper, Tangerang ke Bandara Soekarno Hatta.
Budi belum bersedia memberikan informasi pasti terkait tarif yang akan dibebankan kepada penumpang kereta bandara. Ia mengatakan, Kementerian Perhubungan akan berdiskusi dengan para pemangku kepentingan perihal tarif.
Meskipun begitu, Budi mengatakan kemungkinan tiket kereta bandara dibanderol dengan harga Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu. “Kami masih berdiskusi soal tarif. Akan kami selesaikan bulan ini,” kata Budi.
Menurut Budi, kisaran tarif tersebut wajar karena pengguna kereta bandara diperkirakan kalangan menengah atas. Selain itu masyarakat diprediksi tidak menggunakannya untuk transportasi harian. Budi menegaskan tidak ada subsidi yang diberikan pemerintah pada tarif kereta bandara.
Masyarakat diharuskan transit di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan untuk bisa menaiki Kereta Bandara. Selain dengan Stasiun Manggarai, Kereta Bandara juga terhubung dengan Sky Train yang terkoneksi dengan terminal satu, dua, dan tiga Bandara Soekarno-Hatta.
Kemarin, Sabtu, 7 Oktober 2017, Budi beserta jajarannya meninjau progres kereta bandara setelah meresmikan Stasiun KRL Bekasi Timur. Usai acara peresmian, Budi langsung menuju loket Stasiun Bekasi Timur dan membeli satu tiket KRL menuju Manggarai.
Kehadiran Budi mengundang perhatian masyarakat sekitar stasiun. Saat menunggu kereta datang di peron, ia sempat menyapa warga sekitar yang menyaksikan kehadirannya dari jauh. Acungan jempol Budi membuat masyarakat yang berkumpul semakin riuh.
Setelah menunggu beberapa menit, KRL merah yang biasa jadi andalan karyawan dan pelajar di jam sibuk itu tiba di Stasiun Bekasi Timur.
Pintu KRL terbuka dan Budi beserta jajarannya memasuki gerbong. Tidak lupa sebelum kereta berangkat, ia kembali mengacungkan dua jempolnya ke warga lewat jendela kereta.
KRL kemudian melaju meninggalkan stasiun. Tanpa terlihat canggung Budi duduk di kursi kosong. Ia kemudian menikmati perjalanan sambil bercengkrama dengan penumpang lain.
“Ini saya naik KRL. Bersih dan cepat pula. Oleh karena itu mari kita naik KRL. Mantap,” ujar Budi.
Setibanya kereta di Stasiun Manggarai, Budi kemudian turun. Usai menerima laporan lisan dari petugas kereta, ia lalu berjalan beberapa langkah menuju kereta bandara yang sudah menunggunya di peron lain.
Sekilas kereta tersebut terlihat berbeda dari umumnya karena hanya berjumlah enam gerbong dengan warna dasar putih.
Melalui perjalanannya dari Bekasi ke Kereta Bandara, Budi ingin menunjukkan bahwa masyarakat dapat menuju Bandara Soekarno Hatta dengan satu moda transportasi yakni kereta. Dari Stasiun Manggarai, waktu tempuh untuk tiba di Bandara Soekarno Hatta 45 menit dengan menggunakan Kereta Bandara.
“Konektivitas ada di sini. Setelah dari Bekasi kita stop di Manggarai. Dari Manggarai langsung bisa menggunakan ini ke Bandara,” kata Budi dengan bangga.
Namun sayang, Kereta Bandara yang Budi tumpangi saat itu belum bisa mengantarkannya ke Bandara Soekarno Hatta. Hal ini karena masih ada rel kereta dan elektrifikasi yang belum dibangun dari Stasiun Batu Ceper menuju bandara.
Baca: Jalur Kereta Bandara Digarap, 27 Agustus Jalan Daan Mogot Ditutup
Untuk itu, ketika kereta bandara yang ia tumpangi tiba di Stasiun Batu Ceper, Budi memilih turun dan meninjau langsung pengerjaan infrastruktur yang sedang dibangun di sana. “Kita lihat tingkat kesulitannya cukup tinggi. Pengerukan tanah sampai sembilan meter dan di tengah pemukiman padat,” kata Budi.
ALFAN HILMI