TEMPO.CO, Jakarta -Nilai tukar rupiah bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Menurut Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi faktor eksternal.
Salah satu faktornya adalah Presiden Amerika Donald Trump yang mengusulkan pemotongan pajak dan mendapat dukungan dari Republik. "Ini membawa optimisme bagi perekonomian Amerika," kata Agus Marto di DPR, Jakarta, Rabu, 4 Oktober 2017.
Investor tertarik untuk berinvestasi dalam dolar Amerika sehingga nilai tukarnya menguat. Dolar Amerika juga menguat lantaran terimbas pernyataan Janet Yellen, Ketua Dewan Gubernur Federal Reserve. Yellen menegaskan potensi kenaikan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate, pada Desember 2017.
Agus Marto meyakini pelemahan rupiah saat ini hanya bersifat sementara. "Fundamental ekonomi Indonesia terjaga mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan neraca pembayaran," katanya.
Selain itu, pelemahan tidak hanya dialami rupiah. Euro misalnya, tertekan karena perkembangan di Spanyol sehingga nilai tukarnya melemah terhadap dolar Amerika. Pada Selasa, 3 September 2017 nilai tukar rupiah ditutup melemah dua poin atau 0,01 persen di pasar spot. Nilainya melemah ke Rp 13.542 per dolar Amerika.