Kemenperin: Nilai Ekspor Batik Semester I Capai USD 39,4 Juta
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Martha Warta
Rabu, 4 Oktober 2017 07:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai ekspor batik dan produk batik sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai USD 39,4 juta dengan tujuan pasar utamanya ke Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Eropa. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan capaian tersebut adalah penanda bahwa industri batik nasional memiliki daya saing yang komparatif dan kompetitif di pasar internasional.
“Indonesia telah menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia. Makanya, batik yang menjadi identitas bangsa kita, semakin populer dan mendunia,” kata dia dalam keterangan pers yang diterima Tempo, Selasa malam, 3 Oktober 2017.
Dia yakin potensi pasar ekspor batik nusantara masih bisa ditingkatkan, mengingat perdagangan produk pakaian jadi dunia sebesar USD 442 miliar. Menurut dia, hal ini menjadi peluang besar bagi industri batik untuk memperluas pangsa pasarnya lantaran batik merupakan salah satu bahan baku bagi produk pakaian jadi.
Apalagi, kata dia, saat ini batik bertransformasi menjadi beragam bentuk produk fesyen, kerajinan dan dekorasi rumah yang telah mampu menyentuh lapisan masyarakat luas dari berbagai kelompok usia, golongan, dan pekerjaan. “Bahkan, tokoh-tokoh dunia seperti Barrack Obama dan Bill Gates senang menggunakan batik. Kita rakyat Indonesia, juga harus bangga menggunakan batik,” ujar Haris.
Dia mengingatkan warga negara Indonesia semestinya dapat melestarikan warisan budaya nusantara tersebut. Salah satu contohnya, menurut dia, adalah upaya sinergi antara Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin dengan Yayasan Batik Indonesia dalam penyelenggaraan pameran Hari Batik Nasional yang dilaksanakan pada 26 hingga 29 September 2017.
Menurut Haris, langkah kolaborasi antara pihak akademisi, pelaku usaha, pemerintah, dan komunitas menjadi sangat penting guna mewujudkan pelestarian budaya dan pengembangan industri batik nasional secara berkelanjutan
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, pihaknya terus meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional agar mampu menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan komparatif. Selain didukung dengan sumber daya alam yang melimpah, potensi tersebut bisa tercapai karena juga adanya kebijakan pro bisnis dari pemerintah.
“Di tengah ketatnya persaingan global, beberapa produk Indonesia mampu kompetitif dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perdagangan dunia. Tentunya ini dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat,” kata dia.
Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih mengemukakan, pelaku IKM nasional segera memanfaatkan platform digital untuk menjangkau konsumen semakin besar. “Selain memfasilitasi melalui kegiatan promosi dan pameran, yang tidak kalah penting adalah kami telah memiliki program e-Smart IKM untuk peningkatan akses pasar mereka terutama di pasar online yang potensinya sangat besar,” ujarnya.
CAESAR AKBAR