Kemenhub: Penerbangan di Bali Belum Terdampak Gunung Agung
Reporter
Anisa Luciana
Editor
Anisa Luciana
Selasa, 3 Oktober 2017 15:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan menyatakan, hingga saat ini, penerbangan dari dan menuju Bali belum terdampak status awas Gunung Agung. "Selama status awas sekitar seminggu ini, tidak ada rasa khawatir terhadap penerbangan selama tidak ada debu vulkanik," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso ketika menyambut penerbangan perdana rute Kolkata, India-Denpasar, Bali, oleh maskapai AirAsia di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, Senin, 2 Oktober 2017.
Begitu juga ketika level potensi debu vulkanik Gunung Agung dinaikkan menjadi orange oleh Vulcano Observatory Notice to Aviation (VONA), yang belum memiliki pengaruh bagi penerbangan di Bali.
Baca: Gubernur Bali: Bila Gunung Agung Meletus, Aliran Listrik Aman
Meski demikian, selama dalam status awas, pihaknya telah melakukan publikasi kepada para pilot dan pelaku penerbangan untuk ikut melaporkan apabila melihat adanya debu vulkanik. "Hingga saat ini tidak ada keluhan dan laporan pilot. Citra satelit juga belum ada laporan debu vulkanik," ujar Agus.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan telah mengambil langkah antisipasi apabila Gunung Agung erupsi. Langkah itu di antaranya menyediakan sekitar 300 bus untuk mengangkut calon penumpang yang ingin memilih jalur darat serta menyiapkan 10 bandara untuk mengantisipasi pengalihan penerbangan.
Bandar Udara (Bandara) Juanda, Surabaya, telah menyiapkan 12 slot penerbangan alternatif untuk mengantisipasi jika Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, ditutup karena Gunung Agung meletus. Saat ini, status gunung yang berada di Kabupaten Karangasem tersebut sudah ditetapkan menjadi level IV atau awas.
“Jika terjadi erupsi Gunung Agung, Bandara Juanda sudah menyiapkan 12 slot penerbangan alternatif,” kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Juanda Yuwono, kepada wartawan, di Terminal I Bandara Juanda, Senin, 25 September 2017.
Sebelumnya, sebanyak 12 slot penerbangan alternatif itu disediakan untuk enam pesawat berbadan besar dan enam pesawat berbadan sedang. Menurut Yuwono, Bandara Juanda mendapatkan jatah 12 slot dari 16 slot penerbangan atau landing yang ada di Bandara I Gusti Ngurah Rai. “Sisanya dialihkan ke bandara lain."
Bandara yang dimaksud adalah Bandara Adi Soemarmo, Solo, Bandara Lombok, atau jika memungkinkan Bandara Blimbingsari, Banyuwangi. Di Bandara I Gusti Ngurah Rai sendiri, kata dia, ada 30 slot penerbangan per jam—14 take off dan 16 landing.
ANTARA