TEMPO.CO, Jakarta - Direktur sekaligus pemilik Cheria Travel Cheriatna menyarankan orang yang ingin berbisnis biro perjalanan agar mengawalinya dengan berjualan. Ia mengatakan jangan terlalu banyak menghitung perencanaan bisnis. “Tidak ada hitungan bisnis yang sesuai, entah melesetnya jadi berkah, kan enggak tahu,” kata dia kepada Tempo di kantornya, Rabu, 6 Januari 2016.
Cheriatna, pengusaha biro perjalanan itu, mengatakan bisnis dimulai dari hal kecil. Ibarat menaiki anak tangga, kata dia, jangan langsung melompat tiga anak tangga sekaligus, tapi menaiki satu per satu. Jika sudah melangkah, pasti mengetahui kondisi usahanya. “Nanti lari, lompat, kalau sudah ahli,” katanya.
Modal utama bagi Cheriatna adalah mitra atau relasi yang dibangun lama. Ia menceritakan, ketika masih kecil, orang tuanya berjualan bunga anggrek di daerah Rawabelong, Jakarta. Saat itu Rosani (55 tahun), ibunda Cheriatna, sering mengajak menemui mitra-mitra bisnis orang tuanya. Cheriatna bahkan masih teringat pesan penting ketika berkenalan dengan salah seorang pemilik kebun Anggrek di Sukabumi. “Knowledge is power,” ujarnya.
Cheriatna menuturkan mitra adalah kekayaan dan modal terbesar bagi yang ingin memulai usaha. Ketika usaha mengalami hambatan, ia menilai itu sebagai tantangan. Cheria Travel yang kini memiliki 18 cabang, kata dia, juga semua berasal dari mitra yang dibangun. Ia mengatakan beberapa orang yang menggunakan jasa perjalanannya tertarik bergabung mendirikan cabang Cheria Travel. Ia menawarkan pengalaman dan standar operasional prosedur kepada para mitra kerjanya. “Kalau berpikir besar, Tuhan akan tunjukkan jalan, pasti sampai,” katanya.
Pada 2016 ini, Cheriatna mengatakan akan berinovasi menggunakan aplikasi online bagi usahanya. Dalam aplikasi yang rencananya akan diluncurkan pada Februari mendatang itu, calon pelanggan bisa memesan paket perjalanan secara online dengan mendaftar terlebih dahulu dalam sistem aplikasinya. “Saya enggak mau kalah sama Go-Jek,” tutur Cheriatna.
Menurut Cheriatna, bisnis travel memiliki prospek menjanjikan. Ia menilai di dunia saat ini hampir tidak ada sekat, dan orang bisa bepergian ke mana saja. Sepuluh tahun lagi, kata dia, pergi ke Eropa bukan hal istimewa. Ia bahkan memandang pesaing bisnis bukan sebagai musuh apalagi ancaman. “Potensi ada di sekeliling, tinggal mau atau tidak diambil,” katanya.
DANANG FIRMANTO