"Karena kenaikan harga saham Bentoel memang jauh lebih tajam dibanding pergerakan indeks harga saham gabungan," ujar Adrian saat dihubungi Tempo, Senin (22/6).
Data Bursa Efek menunjukkan, sebelum 12 Mei, harga saham perseroan relatif stabil di kisaran Rp 420-475. Harga kemudian melonjak menjadi Rp 540 pada 12 Mei. Lantas dalam 25 hari perdagangan, pada 16 Juni harga saham Bentoel ditutup di Rp 750, naik sebesar 57,89 persen dibanding harga penutupan 12 Mei 2009 yang Rp 475. Padahal dalam periode yang sama, secara kumulatif indeks hanya menguat 10,2 persen menjadi Rp 2.030.
Kontrasnya lonjakan harga saham Bentoel dibanding indeks tersebut dipandang wajar memicu otoritas berinisiatif menyelidikinya atas indikasi kebocoran informasi dan perdagangan orang dalam. "Bursa jeli juga," kata Adrian.
Namun, ia berpendapat, seperti juga penyelidikan indikasi serupa sebelumnya, penyelidikan Bentoel ini akan memakan waktu cukup lama. Sebab otoritas harus menganalisis transaksi sebelum akuisisi tersebut satu per satu.
BUNGA MANGGIASIH