"Selama ini kami hanya melihat tempat usaha di Amerika dan Eropa, jadi kami akan menoleh ke Asia Pasifik," kata Presiden Russian Academy of Business National Investment Agency, Gorbulina Iriana dalam jumpa pers di Marketing Center Kantor Otorita Batam, Kepulauan Riau, Kamis (26/2).
Iriana menjelaskan, alasan para pelaku dunia usaha di Negeri Beruang Merah itu berpaling ke negara Asia Pasifik, seperti Korea Selatan, Jepang, Australia, Vietnam, dan Indonesia, lantaran banyaknya pengusaha asal Amerika dan Eropa yang berhasil di negara-negara tersebut.
Rusia sendiri, menurut dia, melakukan kegiatan usaha di luar negaranya setelah negara itu pecah. "Jadi masih baru bergelut di bidang usaha," ucapnya. Selain itu Rusia dengan 150 juta penduduk, sekitar enam juta penduduknya beretnis Asia. Hal ini menjadikan Rusia sejak berabad-abad lalu cenderung lebih dekat kepada Amerika dan Eropa.
Pihaknya mengetahui Batam, Bintan, dan Karimun sebagai zona perdagangan bebas (free trade zone) setelah gencarnya pihak Kedutaan Besar Rusia di Indonesia mempromosikan zona bebas itu. Hal tersebut kian meyakinkan setelah mereka mempelajari sistem politik dan dunia usaha di Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Hasilnya, usaha di bidang ilmu dan teknologi (telekomunikasi), perumahan, alat berat (heavy equipment), dan penyediaan alat-alat kesehatan, menjadi pilihan utama para pebisnis Rusia dalam berinvestasi.
Wakil Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Antonius Agus Sriyono mengatakan, nilai perdagangan Indonesia dan Rusia hingga akhir 2008 mencapai US$ 1,4 miliar atau Rp 16,8 triliun. Sedangkan investasi Rusia di Tanah Air senilai US$ 700 juta atau Rp 8,4 triliun yang ditanamkan di bidang minyak dan gas, serta alat berat, khususnya di daerah Kalimantan.
Iriana mengatakan, pihaknya akan kembali ke Batam dengan jumlah delegasi dagang lebih banyak seperti kalangan 40 pengusaha terkemuka di Rusia. "Bisnis Rusia masih muda," kata Iriana, menegaskan.
Sayangnya, niat menarik investasi dari para pelaku bisnis Rusia tidak didukung oleh sarana yang memadai, seperti tidak tersedianya penerjemah bahasa Rusia. Walhasil, pelbagai bahan promosi, seperti buklet masih dalam bahasa Inggris. "Kami akan cetak yang berbahasa Rusia," kata Ketua Otorita Batam Mustofa Wijaya.
RUMBADI DALLE