Sri Mulyani Sebut Ekonomi Indonesia Cukup Tangguh Hadapi Amerika Serikat

Reporter

Kamis, 15 Desember 2016 17:04 WIB

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi dan IMF. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan fondasi ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi sentimen negatif akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed). "Ini sudah memberikan suatu fondasi yang solid, sehingga Indonesia bisa dibedakan dari negara-negara lain dalam arti positif," ucap Sri Mulyani setelah menjadi pembicara dalam Indonesia Economic Outlook 2017 yang diselenggarakan Partai Golongan Karya di Jakarta, Kamis, 15 Desember 2016.

Baca: The Fed Naikkan FFR, BI Akan Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen

Sebagai negara berkembang dengan pasar domestik yang kuat dan pertumbuhan yang cukup tinggi, ujar Sri Mulyani, posisi Indonesia terbilang cukup istimewa dibanding negara-negara berkembang lain. Fondasi ekonomi juga didukung oleh langkah-langkah penyehatan fiskal, seperti penerbitan surat utang negara sebesar US$ 3,5 miliar pada awal 2016 dengan yield yang jauh lebih baik dibanding tahun lalu.

Selain itu, pemerintah memprediksi akan menutup Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 dengan defisit 2,5-2,7 persen, pertumbuhan sekitar 5 persen, peningkatan cadangan devisa, serta neraca berjalan dan neraca modal yang terjaga.

Baca:
Walau Ekonomi Melempem, Aset Dana Pensiun Tumbuh 18,73 Persen

Harapan pelaku pasar akan membaiknya perekonomian Indonesia tahun depan, menurut Sri Mulyani, juga akan tumbuh. Hal ini menilik pada kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditunjukkan dengan kenaikan belanja infrastruktur, subsidi yang lebih tepat sasaran, kenaikan belanja untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengentasan kemiskinan.

"Investasi pemerintah tujuannya menciptakan demand tetap terjaga. Dengan demikian, kita punya kredibilitas dan sentimen positif tetap bisa dijaga," tutur Sri Mulyani.

Sebelumnya, The Fed memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari kisaran 0,25 persen menjadi 0,5 persen. Peningkatan suku bunga tersebut didorong ekspansi ekonomi, penguatan pasar tenaga kerja, dan peningkatan inflasi.

Dengan menaikkan suku bunga acuan, The Fed memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika dapat tumbuh hingga 2,1 persen pada 2017 atau satu persentase poin lebih tinggi daripada pertumbuhan tahun ini sebesar 1,9 persen.

ANTARA




Berita terkait

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

12 jam lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

1 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

4 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

4 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

4 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya