Biodiesel Topang Harga CPO Pada 2017

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Kamis, 24 November 2016 23:01 WIB

Seorang pekerja memanen kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII Lorong Pinang, Paser, Kaltim (28/09). Pengolahan kelapa sawit ini mampu memproduksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 60 ton per-jam. TEMPO/Ayu Ambong

TEMPO.CO, Jakarta - Program mandatori pemerintah untuk bauran minyak nabati dengan bahan bakar solar atau biodiesel B20 dinilai akan menjadi penopang harga crude palm oil (CPO) pada 2017, yang sejak 2015 lalu mengalami penurunan.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan hal tersebut pada The 12th Indonesian Palm Oil Conference and 2017 Price Outlook, di Nusa Dua, Bali. Dengan adanya proyeksi kenaikan produksi CPO pada 2017, diperkirakan akan menekan harga komoditas tersebut akibat adanya kelebihan pasok.

"Jika kenaikan cukup besar, kemudian suplai dan permintaan akan jadi faktor yang berpengaruh (terhadap harga). Jika permintaan global belum pulih dan suplai naik, akan menjadi sentimen yang kurang baik," kata Joko, Kamis, 24 November 2016.

Untuk mengimbangi kelebihan pasok dari produksi CPO akibat dampak positif La Nina pada 2016, pemerintah menerapkan program mandatori biodiesel B20. Program tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan harga CPO pada kondisi yang stabil dan tetap menguntungkan pelaku usaha.

Berdasarkan data dari Gapki, saat ini Indonesia memproduksi sebanyak 31 juta ton CPO per tahun. Sebanyak 22,5 juta ton dari total produksi tersebut untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Diperkirakan, kebutuhan minyak nabati pada 2025 akan meningkat menjadi 50 juta ton.

Pemerintah mewajibkan bauran minyak nabati pada bahan bakar solar sebesar 20 persen dalam upaya meningkatkan penggunaan CPO dalam negeri dan menjaga harga komoditas tersebut.

Harga rata-rata CPO pada 2016 mengalami fluktuasi. Pada Januari, rata-rata harga berada pada titik terendah yakni 557,2 dolar Amerika Serikat (AS) per metrik ton. Sementara pada bulan selanjutnya mengalami kenaikan menjadi 628,9 dolar AS per metrik ton.

Kenaikan paling tinggi selama periode Januari-Oktober 2016 terjadi pada September yang menyentuh harga 768,6 dolar AS per metrik ton. Namun, kembali menurun pada Oktober menjadi 722,0 dolar AS per metrik ton.

Sementara itu, Deputi Menko Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinasi Perekonomian Musdalifah Mahmud, menyatakan bahwa program B20 tersebut akan dipertahankan untuk menjaga harga CPO dan komitmen pemerintah untuk berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim.

"Begitu ada hal yang responnya negatif terhadap suatu hal dan lainnya, jangan khawatir atau takut program B20 ini tidak berlanjut," kata Musdalifah.

Program biodiesel B20 tersebut menggunakan skema subsidi yang pendanaannya berasal dari pungutan ekspor CPO dan turunannya. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) merupakan lembaga yang mengelola dana pungutan tersebut dan tercatat hingga Agustus 2016, telah mengumpulkan dana mencapai Rp7,19 triliun.

BPDP-KS telah menyalurkan sebanyak 71 persen dari total dana yang didapatkan tersebut untuk subsidi program biodiesel. Hingga Juni 2016, total subsidi untuk biodiesel mencapai Rp6,52 triliun.

ANTARA

Berita terkait

Harga Referensi CPO Tembus USD 857,62, Permintaan AS dan Cina Meningkat

30 hari lalu

Harga Referensi CPO Tembus USD 857,62, Permintaan AS dan Cina Meningkat

Harga referensi CPO tembus US$ 857,62 per metrik ton disebabkan meningkatnya permintaan dari Amerika Serikat dan Cina.

Baca Selengkapnya

Bahas Nikel, Timnas Amin Sebut Indonesia Harus Punya Mental Superpower untuk Atur Harga

26 Januari 2024

Bahas Nikel, Timnas Amin Sebut Indonesia Harus Punya Mental Superpower untuk Atur Harga

Harga nikel lebih berfluktuasi dan menunjukkan tren penurunan lebih dramatis ketimbang komoditas lain

Baca Selengkapnya

Harga Referensi CPO Naik, Bea Keluar-Pungutan Ekspor Jadi US$ 93 Per Ton

16 Januari 2024

Harga Referensi CPO Naik, Bea Keluar-Pungutan Ekspor Jadi US$ 93 Per Ton

Harga referensi minyak kelapa sawit menta (CPO) untuk tarif bea keluar dan pungutan ekspor naik signifikan. Bea keluar jadi US$ 18 per ton.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappebti Pastikan Bursa CPO Indonesia Bakal Live Besok

19 Oktober 2023

Kepala Bappebti Pastikan Bursa CPO Indonesia Bakal Live Besok

Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko mengungkapkan Bursa Crude Palm Oil (CPO) Indonesia akan mulai beroperasi atau live besok, 20 Oktober 2023.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Minati Investasi Bisnis Sawit di Indonesia karena Alasan Berikut

27 Juli 2023

Arab Saudi Minati Investasi Bisnis Sawit di Indonesia karena Alasan Berikut

Arab Saudi tertarik untuk berinvestasi pada produk-produk minyak nabati Indonesia.

Baca Selengkapnya

Harga CPO di Jambi Naik Tipis Menjelang Tahun Baru

31 Desember 2022

Harga CPO di Jambi Naik Tipis Menjelang Tahun Baru

Patokan harga CPO sesuai dengan ketetapan tim perumus harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit Jambi untuk periode 30 Desember sampai 5 Januari.

Baca Selengkapnya

Harga CPO di Jambi Kembali Turun, Kini Jadi 12.075 per Kilogram

19 November 2022

Harga CPO di Jambi Kembali Turun, Kini Jadi 12.075 per Kilogram

Turunnya harga TBS sawit dan CPO tersebut diputuskan dalam rapat penetapan harga CPO, TBS, dan inti sawit.

Baca Selengkapnya

Memasifkan Lokalisasi Biodisel dari Perkebunan Sawit Rakyat

17 November 2022

Memasifkan Lokalisasi Biodisel dari Perkebunan Sawit Rakyat

Sawit rakyat merupakan permasalahan mendasar yang masih jauh dari kata selesai

Baca Selengkapnya

Cina Komitmen Beli 2,5 Juta Ton CPO dari RI Senilai USD 2,6 Miliar

11 November 2022

Cina Komitmen Beli 2,5 Juta Ton CPO dari RI Senilai USD 2,6 Miliar

Meski komitmen pembelian CPO oleh Cina mencapai jutaan ton, Mendag memastikan stok untuk kebutuhan minyak goreng dalam negeri tak akan terganggu.

Baca Selengkapnya

Pengusaha Anggap Kebijakan DMO Tak Cocok untuk Minyak Goreng, Beda dengan Batu Bara

11 November 2022

Pengusaha Anggap Kebijakan DMO Tak Cocok untuk Minyak Goreng, Beda dengan Batu Bara

Sahat juga menilai kebijakan DMO produk sawit diskriminatif. Sebab, hanya pengusaha besar yang bisa menikmati manfaatnya.

Baca Selengkapnya