Asumsi Harga Minyak APBN Perubahan US$ 64

Reporter

Editor

Sabtu, 12 Agustus 2006 03:53 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah dan Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat sepakat merevisi asumsi harga minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2006 jadi US$ 64 per barel. Wakil Ketua Panitia Anggaran Hafiz Zawawi mengatakan kesepakatan ini lebih tinggi dari usul pemerintah sebelumnya US$ 62 per barel dan asumsi dalam APBN 2006 sebesar US$ 57 per barel.Selain itu, asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN Perubahan sebesar 5,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau turun dari target semula 6,2 persen. Sedangkan defisit anggaran naik 1,2 persen dari PDB, kurs rupiah 9.300 per dolar Amerika Serikat, inflasi 8 persen, dan suku bunga SBI sebesar 12 persen. Beberapa asumsi APBN Perubahan 2006 ini dicapai dalam rapat pemerintah dengan Panitia Anggaran DPR pekan lalu.Direktur Ekonomi Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Priambodo mengatakan pemerintah memang meminta asumsi harga minyak dibuat lebih tinggi dari usul semula. Pertimbangannya, kondisi harga minyak dunia cenderung naik.Dia menilai asumsi harga minyak US$ 64 per barel cukup realistis, meski harga minyak mentah dunia terus bertengger di atas US$ 70 per barel. "Saya kira itu sudah realistis," kata Bambang kepada Tempo kemarin.Sebelumnya, Kepala Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional Anggito Abimanyu menyatakan kenaikan harga minyak mentah di pasar dunia malah berdampak positif bagi APBN. "Windfall profits yang diperoleh pemerintah lebih besar daripada tambahan subsidi bahan bakar minyak," katanya.Kepala Lembaga Pengkajian Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia M. Chatib Basri juga menilai, dari sisi anggaran, pengaruh harga minyak netral. Bahkan cenderung positif bagi anggaran pemerintah. Dia mengatakan setiap kenaikan harga minyak US$ 1 per barel akan memberikan pemasukan bagi pemerintah sebesar Rp 700 juta. "Tapi besar-kecilnya tergantung dari konsumsinya berapa," kata dia.Tapi, jika harga minyak bertahan dan naik hingga US$ 100 per barel pada akhir tahun nanti, bakal menimbulkan masalah baru bagi pemerintah. Menurut Chatib, itu akan memicu aksi penyelundupan minyak ke luar negeri. "Karena ada insentif bagi penyelundup," katanya.Sementara itu, Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan Mulia P. Nasution mengatakan hingga 7 Agustus lalu APBN 2006 mengalami defisit sebesar Rp 2,7 triliun. Padahal posisi anggaran pada Juli lalu masih surplus Rp 5 triliun. Penyebabnya, peningkatan belanja pemerintah.Hingga awal pekan ini, belanja negara mencapai Rp 298,1 triliun. Sedangkan total penerimaan sebesar Rp 295,4 triliun. Tapi dia optimistis target defisit 1,2 persen dari PDB dapat tercapai. "Kami harus berkomitmen mencapai target itu," kata Mulia. AGUS SUPRIYANTO | PRAMONO

Berita terkait

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

4 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Aman

23 November 2023

Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Aman

Ketua Komite Tetap Perpajakan Bidang Kebijakan Fiskal dan Publik Kadin Indonesia, Siddhi Widyaprathama, mengatakan, di penghujung 2023 ini kondisi perekonomian di Indonesia masih aman, meski ditengah gejolak yang terjadi dunia.

Baca Selengkapnya

DPR Setujui Pergeseran Anggaran Kemendikbud 2023 Rp1,37 Triliun

16 Juni 2023

DPR Setujui Pergeseran Anggaran Kemendikbud 2023 Rp1,37 Triliun

Pengalihan anggaran disetujui DPR akan digunakan untuk membiayai Program PAUD dan wajib belajar 12 tahun melalui Program Indonesia Pintar jenjang SD.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: APBN hingga Akhir Maret 2023 Masih Surplus Rp 128,5 Triliun

17 April 2023

Sri Mulyani: APBN hingga Akhir Maret 2023 Masih Surplus Rp 128,5 Triliun

Sri Mulyani mengatakan posisi APBN sampai dengan akhir Maret 2023 masih mengalami surplus Rp 128,5 triliun atau 0,61 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya

APBN April Surplus Rp 103,1 Triliun, Sri Mulyani: Baliknya Cepat Sekali

23 Mei 2022

APBN April Surplus Rp 103,1 Triliun, Sri Mulyani: Baliknya Cepat Sekali

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan APBN hingga April 2022 mengalami surplus Rp 103,1 triliun atau 0,58 persen terhadap PDB.

Baca Selengkapnya

APBN Surplus Rp 103,1 T, Sri Mulyani Beberkan Realisasi Belanja hingga April

23 Mei 2022

APBN Surplus Rp 103,1 T, Sri Mulyani Beberkan Realisasi Belanja hingga April

Sri Mulyani mengatakan pemerintah menghabiskan anggaran Rp 750,5 triliun atau 27,7 persen dari total APBN 2022.

Baca Selengkapnya

Ingin Berinvestasi? Dua Hari Lagi Ada Lelang SUN Rupiah

12 Juli 2020

Ingin Berinvestasi? Dua Hari Lagi Ada Lelang SUN Rupiah

Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Realisasi Belanja Negara 73,1 Persen dari APBN

18 November 2019

Sri Mulyani Sebut Realisasi Belanja Negara 73,1 Persen dari APBN

Sri Mulyani mengatakan realisasi belanja negara baru 73 persen dari APBN.

Baca Selengkapnya

Anggaran Mobil Dinas Menteri Sudah Masuk DIPA Kemsetneg 2019

23 Agustus 2019

Anggaran Mobil Dinas Menteri Sudah Masuk DIPA Kemsetneg 2019

Pengadaan mobil dinas menteri terakhir dilakukan pada tahun 2005 dan 2009.

Baca Selengkapnya

Pendapatan Migas Negara Diperkirakan Cukup Penuhi Subsidi Energi

29 Juli 2018

Pendapatan Migas Negara Diperkirakan Cukup Penuhi Subsidi Energi

Pemerintah yakin kelebihan pendapatan minyak dan gas bumi (migas) negara (windfall profit) dapat menutupi kebutuhan subsidi energi

Baca Selengkapnya