BKPM: Tol Laut dan Jalur Sutra Cina Punya Benang Merah
Editor
Gadi kurniawan makitan tnr
Minggu, 19 Juni 2016 05:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menilai ada benang merah yang jelas antara program tol laut yang diluncurkan Presiden Jokowi dan program one belt one road atau Jalur Sutra abad ke-21 yang dikemukakan oleh Presiden Cina Xi Jinping.
“Kebijakan One Belt One Road Presiden Xi Jinping sejalan dengan kebijakan membangun tol laut untuk menghubungkan pulau-pulau utama di Indonesia,” kata Franky dalam siaran pers, Sabtu, 18 Mei 2016.
Franky mengatakan, keduanya sama-sama bertujuan untuk memperkuat konektivitas dan mengintegrasikan ekonomi di jalur yang dipilih. Kesamaan visi tersebut diharapkan akan mendorong lebih banyak investor dari Cina untuk berinvestasi di Indonesia.
Indonesia, kata Franky, memiliki keunggulan komparatif, antara lain jumlah penduduk, semakin besarnya kelas menengah, negara dengan politik yang stabil, demokratis, aman, dan toleran.
Menurut dia, investor Cina memiliki minat dan rencana yang semakin tinggi untuk berinvestasi ke luar. Ini merupakan salah satu dampak positif dari kebijakan One Belt One Road. Kebijakan ini memungkinkan Indonesia menjadi salah satu negara yang dilewati dalam jalur tersebut.
Beberapa peluang investasi yang bisa dilakukan oleh investor Cina di Indonesia di berbagai bidang antara lain, tekstil, otomotif, industri sepatu, obat-obatan, suku cadang pesawat dan industri kreatif.
Franky mengungkapkan, Cina telah menjadi salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia. Sebanyak US$ 2,6 miliar (Rp 34,7 triliun) investasi dari Cina telah terealisasi sejak 2010. Realisasi investasi itu utamanya terjadi di sektor infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik.
Dari data BKPM, sejak 2010, ada US$ 52,3 miliar (Rp 697,6 triliun) komitmen investasi asal Cina yang terdaftar di BKPM. Pada triwulan pertama 2016, realisasi dari Cina mencapai US$ 464 juta yang terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Ini membuat Cina menempati peringkat keempat realisasi investasi di Indonesia setelah Singapura, Jepang, dan Hong Kong.
BAGUS PRASETIYO