7 Sektor Ekonomi Alami Kerugian Besar Akibat Asap

Reporter

Rabu, 28 Oktober 2015 11:33 WIB

Kabut asap pekat menyelimuti perkantoran di Pekanbaru, Riau, 23 Oktober 2015. Asap pekat yang menguning membuat aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru lumpuh. TEMPO/Riyan Nofitra

TEMPO.CO, Pekanbaru - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Riau menyatakan tujuh sektor perekonomian mengalami kerugian besar akibat kabut asap di Sumatera dan Kalimantan. Sebagian besar pengusaha mengalami penurunan omset penjualan rata-rata 24,95 persen.

Deputi Bank Indonesia Cabang Riau, Irwan Mulawarman mengatakan penurunan omset terbesar terjadi pada usaha yang bergerak di sektor transportasi, perdagangan, akomodasi makanan dan minuman. "Kondisi asap tahun ini dirasakan lebih buruk," kata Iwan, Selasa, 27 Oktober 2015.

Menurut Iwan, dampak kerugian juga disebabkan peningkatan biaya operasional usaha rata-rata 25 persen. Seperti biaya transportasi, tenaga kerja dan biaya bahan bakar lantaran krisis listrik. Jasa penerbangan mengalami penurunan omset mencapai 50 persen atau lebih dari Rp 200 miliar akibat penurunan penjualan tiket pesawat serta Rp 1,5 miliar untuk operasional bandara.

"Berlanjutnya kabut asap hinga bulan oktober diperkirakan menurunkan omset lebih dari 60 persen," kata Iwan.


Penurunan omset juga dirasakan jasa pengiriman barang di Riau mencapai 60 persen. Hal itu disebabkan meningkatnya biaya sebesar 60 persen lantaran pengalihan rute pengiriman melalui Padang. "Ditambah lagi komplain penalti atas keterlambatan pengriman baran," katanya.

Iwan mengatakan, sektor perdagangan penyedia akomodasi dan makanan mengalami penurunan omset hingga 30 persen. Penurunan itu disebabkan berkurangnya kunjungan wisatawan ke Riau lantaran tidak adanya penerbangan ke Pekanbaru akibat gangguan asap.

Sedangkan di sektor pendidikan dan jasa kesehatan menurut Iwan, kerugian ditaksir mencapai Rp 20 miliar. Dinas Kesehatan telah membagikan masker sebanyak 600 ribu pelbagai jenis dengan anggaran mencapai Rp 2,8 miliar. "Belum lagi kerugian akibat berkurangnya kualitas siswa karena tidak mendapat pengajaran."

Kerugian juga dialami sektor perkebunan kelapa sawit, jasa konstruksi dan perbankan. Kinerja kredit mikro beberapa bank diperkirakan mulai terdampak asap. Begitu pula kredit korporasi yang juga terkena dampak anjloknya harga komoditas sawit dan karet. Menurut Iwan, BI belum mendapatkan nominal keseluruhan kerugian. "Para pengusaha belum memberikan keterangan secara konkrit."

Asisten II Pemerintah Provinsi Riau Masperi menyebutkan, sejak diselimuti asap, Riau mengalami kerugian ekonomi mencapai Rp 25 Triliun. "Dampak kerugian ekonomi sangat luar biasa," kata Masperi.


Namun, kata Masperi, jumlah kerugian tersebut baru sebatas informasi dari para pengusaha. Pemerintah Riau sejauh ini belum melakukan kajian dampak kerugiannya mengingat fokus kepada penanganan kabut asap dan kesehatan masyarakat. "Nilai kerugaian itu baru kami terima dari pengusaha, bukan hasil kajian dari pemerintah," jelasnya.

RIYAN NOFITRA

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

16 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya