Pialang saham F. Hill Creekmore, saat melihat pergerakan pasar saham di monitor di Bursa Efek New York, 24 Agustus 2015. Bursa saham Wall Street di New York anjlok selama lima hari berturut-turut menyusul turunnya pasar saham di Eropa dan Asia. AP/Richard Drew
TEMPO.CO, Washington - Sebanyak 500 perusahaan besar di Amerika Serikat diperkirakan menyimpan asetnya di luar negeri senilai lebih dari US$ 2,1 triliun. Langkah itu dinilai sebagai upaya penghindaran pajak. Kemarin, sebuah studi yang dilakukan lembaga pengawas perpajakan, mengungkapkan potensi penerimaan pajak apabila aset-aset tersebut direpatriasi mencapai US$ 620 miliar.
Studi tersebut dilakukan dua lembaga nirlaba, yakni The Center for Tax Justice dan The U.S. Public Interest Research Group Education Fund. Mereka menganalisis laporan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut yang dipublikasikan pada Komisi Sekuritas dan Bursa AS.
Hasilnya, mereka menemukan hampir tiga perempat dari seluruh perusahaan dengan pendapatan terbesar di Fortune 500 mengoperasikan anak usahanya di negara-negara rendah pajak (tax havens), seperti Bermuda, Irlandia, Luksemburg, dan Belanda.
Laporan itu juga menyebutkan raksasa perusahaan teknologi Apple Inc menyimpan aset senilai US$ 181,1 miliar di luar negeri. Produsen iPhone itu seharusnya membayar pajak ke pemerintah AS sebesar US$ 59,2 miliar, jika bersedia membawa kembali dananya ke kampung halaman. Estimasi angka pajak Apple merupakan yang terbesar dibanding perusahaan-perusahaan AS lainnya.
Di urutan kedua adalah General Electric, yang menyimpan aset senilai US$ 119 miliar di 18 negara rendah pajak. Perusahaan lainnya adalah Microsoft yang menyimpan aset US$ 108,3 miliar serta perusahaan farmasi Pfizer sebesar US$ 74 miliar. Pfizer menyimpan asetnya melalui 151 anak usaha di luar negeri.
Total terdapat 358 perusahaan atau hampir 72 persen perusahaan dalam daftar Fortune 500 yang mengoperasikan anak usahanya di negara-negara tax havens. Jumlah anak usaha yang berserakan di luar negeri mencapai 7.622 perusahaan. Perusahaan-perusahaan dalam Fortune 500 diperkirakan mengakumulasi laba US$ 2,1 triliun di luar negeri untuk menghindari pajak. Dari angka itu, sebanyak US$ 1,4 triliun dibukukan oleh 30 perusahaan.
Sebanyak 65 perusahaan telah mengumumkan niatnya untuk membayar pajak tambahan ke pemerintah AS senilai US$ 184,4 miliar, jika mereka memiliki anak usaha di luar negeri. Tapi, imbalannya, perusahaan-perusahaan tersebut hanya bersedia membayar pajak luar negeri sebesar 6 persen dibanding pajak korporasi yang berlaku di AS sebesar 35 persen.
Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI
27 Agustus 2018
Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI
Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.