PT SILO Menunda Rencana Pembangunan Smelter  

Reporter

Selasa, 15 September 2015 14:55 WIB

Ilustrasi Smelter. metallerochgruvor.se

TEMPO.CO, Banjarmasin - PT Sebuku Baja Perkasa, anak usaha PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO), menunda target penyelesaian proyek smelter tanpa batas waktu. Langkah ini menyusul anjloknya harga komoditas pertambangan bijih besi internasional. Semula, PT SILO telah menganggarkan Rp 3 triliun untuk membangun smelter kapasitas produksi 1 juta ton billet per tahun.

Proyek smelter digarap sejak 2011 dan diproyeksikan rampung awal 2017. "Pasti direvisi, baik scedulling dan jumlah investasi. Kami belum tahu bottomnya (harga terendah komoditas) itu di mana, bottom dari situasi sekarang kita enggak tahu," kata An Sudarno, Kepala Divisi Proses Ores PT Sebuku Baja Perkasa di Banjarmasin, Selasa 15 September 2015.

PT SILO menunjuk PT Sebuku Baja Perkasa untuk mengurusi lini bisnis hilirisasi bijih besi. PT SILO sendiri menguras bijih besi di Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Dari luas pulau 27.500 hektare, PT SILO menguasai konsesi tambang bijih besi seluas 8.086 hektare. "Kami revisi, bukan dibatalkan. Sekarang baru berjalan (proyek smelter) 40-an persen," ujar An.

Menurut An, hilirisasi tambang bisa menambah nilai jual mineral bijih besi. Ia menghitung, harga ekspor bijih besi murni ke Cina saat ini sebesar 50 dollar AS per ton. Bila diolah menjadi sponge iron, misalnya, harga ekspor melonjak di angka 400 dollar AS per ton. "Kalau diolah lagi jadi billet bisa 490 dollar AS per ton dan galvanies bisa 828 dollar AS per ton."

Selain smelter, PT SILO sejatinya membangun proyek pembangkit listrik yang penyelesaiannya pararel dengan smelter. Sejak proyek digarap pada 2011 hingga Juni 2015, proyek terealisasi 42 persen. Proyek yang rampung setengah jalan seperti retaining wall, rotary dryer, 2 unit hot gas furnace, dan coal drying.

Adapun pemasangan hopper, kabel listrik, magnetic separator, dan pump house, rencananya digarap semester II 2015. An mengakui saat ini banyak persoalan yang mesti dihadapi oleh perseroan. "Tantangan kami dari sisi pendanaan, harga baja dunia, pasokan energi listrik, infrastruktur, dan insentif pajak," ujarnya.

Kepala Kantor Bank Indonesia di Kalimantan Selatan, Harymurthy Gunawan, mendorong Kalimantan Selatan lebih serius menggarap sektor manufaktur dan agroindustri. Masalanya, kata dia, minimnya pasokan listrik dan infrastruktur pendukung, menjadi faktor utama lambannya arus investasi masuk ke Kalimantan Selatan.

"Bisnis mineral tetap, tapi lebih baik menjual bukan dalam bentuk mentah, supaya dapat nilai tambah. Sekarang ini kalau harga komoditas tambang lesu, pasti ekonomi Kalsel langsung terdampak karena terlalu bergantung menjual mineral mentah," ujar dia.

DIANANTA P. SUMEDI

Berita terkait

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

1 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

1 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

3 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

6 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

9 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

11 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

15 hari lalu

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

Erupsi Gunung Ruang sempat merusak alat pemantau aktivitas vulkanik. Gunung tak teramati hingga adanya peralatan pengganti.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

27 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

28 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

28 hari lalu

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.

Baca Selengkapnya