Helikopter MI 17 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjatuhkan bom air di atas lahan yang terbakar di Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru, Riau, 24 Juli 2015. ANTARA/FB Anggoro
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap musim kemarau, Provinsi Riau marak dengan kasus kebakaran lahan dan hutan. "Sejak 24 Juni-26 Juli, ada 1.246 hektar lahan terbakar," kata Komandan Korem 031 Wira Bima Brigjen TNI Nurendi, Selasa, 28 Juli 2015.
Nurendi adalah Komandan Satuan Tugas Kebakaran Lahan dan Hutan (Satgas Karlahut) Riau. Menurut dia, ada empat kabupaten/kota di Riau yang menjadi penyumbang mayoritas kebakaran lahan dan hutan, yakni Kabupaten Rokan Hilir dengan 400 hektar, Pelalawan 232 hektar, Bengkalis 177 hektar, dan Kota Dumai dengan total luas lahan yang terbakar mencapai 124 hektar.
Dari total kebakaran lahan dan hutan yang mencapai ribuan hektar tersebut, 1.125 hektar di antaranya telah berhasil dikendalikan oleh anggota Satgas.
"Akan tetapi, cuaca yang cukup panas dan kontur tanah yang terbakar merupakan tanah gambut, sehingga membuat lahan yang berhasil dikendalikan akan kembali menyala jika tidak dilakukan pengawasan," katanya.
Untuk itu ia menegaskan telah meminta kepada seluruh anggota untuk terus melakukan pengawasan secara intensif guna mencegah terjadinya kebakaran kembali.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger menjelaskan bahwa saat ini terdapat dua heli yang disiapkan untuk melakukan water bombing di Riau, yakni Sikorsky dan heli MI 171.
"Keduanya telah disiapkan di Landasan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru guna melakukan water bombing di lahan yang terbakar di Riau," kata Edwar.
Menurut dia, selain kedua heli itu, tim Satgas yang merupakan gabungan antara Pemerintah Provinsi Riau, TNI, Polri, BPBD Riau dan BMKG tersebut juga menyiapkan pesawat Hercules untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca guna menurunkan hujan di Riau yang saat ini mengalami musim kemarau panjang.