TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) pada Rabu, 1 Juli 2015 memutuskan untuk tidak meningkatkan bantuan likuiditas penyelamat kepada bank-bank Yunani yang kekurangan uang.
Pernyataan itu dikeluarkan sumber di perbankan Yunani. "Bank siap melakukan intervensi bila diperlukan," katanya. Sumber itu menjelaskan bahwa tidak ada keputusan lain yang diambil pada pertemuan ECB.
Keputusan itu berarti bank tetap membuka program Bantuan Likuiditas Darurat (ELA)-nya untuk Yunani, tetapi jumlah pendanaan darurat yang dapat diakses bank-bank negara itu akan tetap beku di sekitar 89 miliar euro (99,1 miliar dolar AS).
ECB memutuskan pada Minggu untuk menolak meningkatkan dana darurat bagi bank-bank Yunani yang mendorong Athena untuk terus menutup bank-banknya selama seminggu dan membatasi penarikan tunai sampai 60 euro per hari.
Rabu, 1 Juli 2015 adalah pertemuan pertama bank berbasis di Frankfurt itu sejak perundingan dana talangan (bailout) antara Athena dan pemberi pinjaman internasional gagal pada akhir pekan. Pemerintah lantas mengumumkan referendum tentang proposal reformasi terbaru dana talangan para kreditor.
Krisis utang kian mendalam pada Selasa, 30 Juni 2015 ketika dana talangan internasional Yunani resmi berakhir dan negara gagal melakukan pembayaran utang penting kepada IMF. Hal ini menjadi negara industri pertama yang melakukannya dan mempertinggi kekhawatiran Yunani akan menuju keluar dari zona euro.
Program ELA awalnya dimaksudkan sebagai penyelamat bagi pemberi pinjaman yang kesulitan likuiditas, tetapi telah menjadi alat untuk mempertahankan seluruh ekonomi Yunani hidup karena para kreditor Athena berselisih atas kesepakatan utang baru.
ANTARA
Berita terkait
Kisah Editha, Lulusan Unpad yang Terlibat di Ajang Bergengsi Kepresidenan Prancis Dewan Uni Eropa
9 Juli 2023
Editha Nurida merupakan lulusan Universitas Padjadjaran atau Unpad yang pernah terlibat dalam acara bergengsi PFUE pada 2022.
Baca SelengkapnyaPerang Rusia Ukraina, Mahasiswa Indonesia di Moskow Rasakan Dampak Akademik
4 Maret 2022
Sanksi ke Rusia oleh Barat dirasakan Amalia, mahasiswa Indonesia di Moskow. Ia terancam tak bisa ikut konferensi di Harvard dan sekolah di Prancis.
Baca SelengkapnyaPopulasi Orang Muda Jerman Terus Menurun
12 Agustus 2020
Berdasarkan data Destatis, jumlah populasi orang muda Jerman berusia 15-24 tahun mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaTerima Delegasi Uni Eropa, Jokowi Protes Soal Diskriminasi Sawit
28 November 2019
Saat menerima kunjungan delegasi European Union-ASEAN Business Council, Jokowi menyampaikan protes soal diskriminasi sawit.
Baca SelengkapnyaSawit Terjepit, Luhut Ancam Balik Industri Pesawat Eropa
20 Maret 2019
Luhut mengancam akan melarang produk Eropa masuk ke Indonesia, termasuk pesawat, jika boikot sawit tetap diberlakukan.
Baca SelengkapnyaJokowi Utus Luhut untuk Negosiasi Penolakan Sawit oleh Uni Eropa
8 April 2018
Presiden Jokowi mengutus Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan untuk menyelesaikan masalah penolakan sawit oleh Uni Eropa.
Baca SelengkapnyaKerja Sama Ekonomi Uni Eropa-Indonesia Bakal Dongkrak Investasi
8 Februari 2018
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Gurend yakin kerja sama Uni Eropa dan RI bakal mendorong perdagangan dan investasi.
Baca SelengkapnyaMinyak Kelapa Sawit Didiskriminasi Eropa, Menlu Retno Kesal
2 Februari 2018
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku kesal karena minyak kelapa sawit Indonesia didisikriminasi oleh Parlemen Eropa
Baca SelengkapnyaParlemen Uni Eropa Tolak Biofuel Sawit, Pemerintah RI Kecewa
23 Januari 2018
Parlemen Eropa menyetujui penghentian penggunaan biofuel berbahan dasar kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan pada 2021.
Baca SelengkapnyaUni Eropa Putuskan Uber Ikuti Regulasi Perusahaan Taksi
20 Desember 2017
Perusahaan taksi online, Uber, diharuskan mengikuti regulasi yang diberlakukan terhadap taksi konvensional.
Baca Selengkapnya