TEMPO.CO, Jakarta - Gejolak harga bahan makanan menjadi pendorong melonjaknya inflasi pada Mei 2015. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menyatakan, peningkatan inflasi bahan makanan karena berkurangnya pasokan.
“Terutama akibat gangguan cuaca,” kata Tirta di kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 18 Juni 2015. Tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok harga barang yang dikendalikan pemerintah. Penyebabnya yaitu kenaikan tarif listrik dan tarif angkutan udara.
Tirta mengatakan Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai risiko yang mempengaruhi inflasi, di antaranya perkembangan harga minyak dunia, nilai tukar, penyesuaian administered prices, faktor musiman selama Ramadan, dan menjelang Lebaran serta gejolak harga pangan. “Terkait dengan kemungkinan terjadinya El Nino,” ujarnya.
Bank Indonesia juga bakal memperkuat koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah. Dengan cara melalui forum Tim Pengendalian Inflasi dan Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah.
“Termasuk langkah-langkah strategis dalam mengendalikan tekanan harga pangan khususnya menjelang Ramadan dan Lebaran, terutama memastikan kecukupan pasokan,” kata Tirta. Dengan begitu, Tirta mengatakan, Bank Indonesia optimistis target inflasi sebesar 4+/-1 persen dapat tercapai.
Inflasi Indeks Harga Konsumen pada Mei 2015 tercatat 0,50 persen month to month atau 7,15 persen year on year dari inflasi April lalu. Saat itu, inflasi IHK sebesar 0,36 persen (month to month) atau 6,79 persen (year on year).
Meski begitu, menurut Tirta, tekanan inflasi inti masih terjaga di level 0,23 persen (month to month). “Sejalan dengan kegiatan perekonomian domestik yang cenderung tumbuh moderat dan ekspektasi inflasi yang terkendali,” ujarnya.
SINGGIH SOARES
Berita terkait
Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
56 menit lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
2 jam lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
15 jam lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
1 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
3 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaZulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi
3 hari lalu
Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.
Baca SelengkapnyaSehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187
3 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaPengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
3 hari lalu
BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
Baca SelengkapnyaIHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia
3 hari lalu
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaUang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024
3 hari lalu
BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.
Baca Selengkapnya