Jelang Ramadhan Jatim Alami Inflasi di Lini Volatile Foods
Editor
Rully Widayati
Rabu, 10 Juni 2015 22:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Ramadan, Jawa Timur terbukti tidak mampu mengendalikan inflasi dari lini volatile foods.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim melaporkan inflasi provinsi tersebut pada Mei menembus 6,69% (year-on-year) atau 0,41% (month-to-month). Capaian itu masih lebih rendah dari rerata nasional pada level 7,15% (y-o-y) atau 0,50% (m-t-m).
Dari data disagregasi bulanan, BI mencatat faktor pendorong utama inflasi di Jatim adalah kelompok volatile foods (0,75%), disusul oleh administered price (0,38%), dan inflasi inti (0,30%).
Menurut Deputi Direktur BI Jatim Soekowardojo, tingginya inflasi kelompok bahan pangan disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas telur ayam ras (8,52%), bawang merah (8,55%), daging ayam ras (3,17%), dan cabai merah (36,38%).
“Penyebabnya lebih kepada faktor produksi serta tingginya permintaan dari industri kue dan makanan yang telah melakukan proses produksi menjelang Ramadan dan Lebaran,” jelasnya, Rabu (10 Juni 2015).
Dia menambahkan kenaikan harga Pertamax dan tarif listrik pada awal bulan lalu hanya direspons terbatas oleh warga Jatim, sehingga inflasi pada kelompok harga yang diatur pemerintah dapat dikendalikan dengan lebih baik.
Dari sisi inflais inti, kata Soekowardojo, penyebab utama dibukukan dari komoditas gula pasir (2,56%) dan soto (2,06%) akibat dampak berantai dari kenaikan harga bahan makanan dan meningkatnya permintaan.
Ditinjau berdasarkan wilayah, inflasi tertinggi yang dipantau Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim awal bulan ini terjadi di Banyuwangi (0,55%). Adapun, inflasi terendah dicatatkan oleh Kota Kediri (0,21%).
Secara tahunan, sementara itu, inflasi tertinggi di Jatim dibukukan oleh Kota Malang (7,08%) dan terendah di Banyuwangi (4,97%).
“Tahun ini, kami memperkirakan inflasi Jatim pada range 4% plus minus 1%, sesuai dengan standar inflasi nasional,” sebut Soekowardojo.
Adapun, langkah-langkah yang ditempuh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jatim terangkum dalam program “Gadis Remo Kangen”, yaitu pertama penguatan kelembagaan, kedua produksi distribusi, dan konektivitas.
Ketiga, regulasi dan monitoring, keempat kajian dan informasi, dan kelima pengendalian ekspektasi yang diharapkan dapat mengawal pencapaian target inflasi yang rendah dan stabil di Jatim.