Perekonomian Amerika Serikat Kembali Alami Kontraksi

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Sabtu, 30 Mei 2015 08:49 WIB

Pemimpin Uni Soviet Leonid Brezhnev dan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter menandatangani Traktat SALT II, Vienna, 18 Juni 1979. Traktat Tersebut Merombak kebijakan ekonomi warisan Joseph Stalin seperti pengendalian harga mata uang rubel. (wikipedia.org)

TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca dingin parah mengirim ekonomi AS ke kontraksi pada kuartal pertama, menggarisbawahi fakta bahwa ekonomi terbesar dunia itu belum pulih pada pijakan yang kokoh.

Penurunan ekonomi itu menambahkan kompleksitas bagi Federal Reserve AS untuk memutuskan kapan memulai menaikkan tingkat suku bunganya.

Produk domestik bruto (PDB) menyusut pada tingkat tahunan 0,7 persen pada kuartal pertama, menandai kontraksi kuartalan ketiga setelah krisis keuangan berakhir pada pertengahan 2009, menurut estimasi kedua dari Departemen Perdagangan AS yang dirilis pada Jumat.

Kontraksi 0,7 persen pada kuartal pertama adalah kebalikan dari untuk ekspansi awal 0,2 persen untuk periode proyeksi bulan lalu oleh Departemen Perdagangan.

Cuaca musim dingin yang parah disalahkan telah memukul konsumsi pribadi dan investasi persediaan pribadi, menyeret turun pertumbuhan ke wilayah negatif.

Ekspor terpukul keras oleh permintaan luar negeri yang lesu dan dolar yang lebih kuat. Konsumen menyimpan rejeki tak terduga dari harga minyak yang lebih rendah, melemahkan mesin utama ekonomi terbesar dunia itu.

Konsumsi pribadi naik 1,8 persen pada kuartal pertama, dibandingkan dengan peningkatan 4,4 persen pada kuartal keempat 2014. Investasi tetap non residensial menurun 2,8 persen, berbeda dengan peningkatan 4,7 persen pada kuartal sebelumnya. Ekspor menukik 7,6 persen, terhadap peningkatan 4,5 persen pada kuartal keempat.

Jason Furman, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi, mengatakan meskipun rata-rata nasional harga bensin telah jatuh lebih dari satu dolar AS per galon, memberikan setara dengan sekitar 700 dolar AS pemotongan pajak dolar per rumah tangga, keluarga tampaknya telah menempatkan sebagian besar dari keuntungan mereka di bank.

Tingkat tabungan pribadi telah meningkat sebesar 0,6 persen selama empat kuartal terakhir. Hanya selama kuartal lalu, tingkat tabungan pribadi naik 0,8 persentase poin -- peningkatan yang luar biasa besar, menurut pernyataan Gedung Putih.

Federal Reserve telah berhati-hati dalam memulai menaikkan suku bunganya, karena takut pengetatan mendadak bisa membahayakan pemulihan yang telah susah payah diperoleh.

Ekonomi AS masing-masing menyusut 0,7 persen pada kuartal kedua 2009 dan kontraksi 2,1 persen pada kuartal pertama 2014.

Dua kontraksi kuartalan berturut-turut dipandang sebagai simbol resesi. Sebagian besar analis memperkirakan ekonomi AS akan "rebound" berbalik naik pada kuartal kedua.

Departemen Perdagangan akan merilis estimasi akhir PDB kuartal pertama pada 24 Juni. Demikian laporan Xinhua.



ANTARA

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya