Sejumlah orang berbagi makanan laut tradisional bernama "ceviche" dalam Mistura International Gastronomic Fair di Lima, Peru, Kamis (5/9). Pameran ini bertujuan untuk mempromosikan kuliner khas Peru. REUTERS/Enrique Castro-Mendivil
TEMPO.CO, Jakarta - Waralaba lokal Indonesia dinilai belum siap untuk melakukan ekspansi ke luar negeri, padahal Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah di ambang pintu, efektif berlaku akhir Desember 2015.
Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar mengatakan waralaba dalam negeri masih memiliki kelemahan terutama dalam manajemen bisnis dan pemenuhan standar kualitas di masing-masing negara tujuan.
"Tidak mudah untuk go international, banyak hal yang harus dipenuhi oleh pewaralaba, misalnya terkait standar kebersihan dan kesehatan untuk waralaba makanan dan minuman," katanya saat konferensi pers International Franchise, License & Business Concept Expo and Conference (IFRA) 2015 di Jakarta, Rabu 27 Mei 2015.
Anang mencontohkan salah satu syarat lainnya adalah pewaralaba harus mampu memindahkan kantor pusatnya kepada master franchisee di luar negeri, supaya lebih mudah untuk memasarkan bisnisnya.
"Pewaralaba harus sudah melakukan survei pasar di luar negeri untuk mencocokan perilaku konsumen di sana, setelah itu baru bisa tahu apa yang bisa dibawa, bukan sekadar memasarkan bisnisnya," ujarnya.
Meski demikian, Anang juga tidak menyalahkan pewaralaba di dalam negeri yang cenderung belum agresif menyasar pasar asing, pasalnya Indonesia juga masih memiliki pasar yang sangat besar, sehingga lebih mudah untuk mengembangkan bisnis di dalam negeri.
