Petani Yogyakarta Enggan Jual Beras ke Bulog  

Reporter

Editor

Zed abidien

Selasa, 12 Mei 2015 15:53 WIB

TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Petani di Daerah Istimewa Yogyakarta malas menjual hasil panen padinya ke Badan Urusan Logistik karena rendahnya harga pembelian (HPP) pemerintah. Ketika musim panen raya tiba, petani lebih memilih menjual hasil panenannya ke pasar karena dihargai lebih tinggi.

Maret-April 2015 adalah puncak musim panen. Ketua Kelompok Tani Catur Sari di Kabupaten Sleman, Johan Arifin, mengatakan gabah dan beras yang petani jual ke Bulog biasanya berkualitas jauh lebih rendah ketimbang yang dijual di pasar. Petani lebih berani menjual beras berkualitas bagus di pasar dengan harga yang melebihi HPP.

Misalnya, untuk gabah kering panen (GKP) per kilogram di pasaran bisa dihargai Rp 4.000. Sedangkan di Bulog dihargai Rp 3.700 per kilogram. “Keuntungan tak seberapa bila dijual ke Bulog. Ongkos produksi kami cukup tinggi,” ucap Johan, Selasa, 12 Mei 2015.

Menurut dia, seperti biasa, panen raya memang membuat harga gabah dan beras anjlok di pasaran. Tapi petani lebih tertarik menjualnya ke pasar ketimbang ke pemerintah. Selain karena harga beras lebih tinggi, petani juga lebih praktis menjualnya di pasar ketimbang ke Bulog.

Kepala Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Bulog Langgeng Wisnu Adinugroho menyatakan pemerintah tahun ini telah menetapkan HPP baru yang efektif diberlakukan mulai 17 Maret 2015. Sesuai dengan ketentuan, HPP GKP Rp 3.700, gabah kering giling (GKG) Rp 4.600, dan beras medium Rp 7.300. Untuk GKP, pemerintah memberi syarat kadar air adalah maksimum 25 persen. “Syarat kadar air ini kurang dipahami masyarakat,” tutur Langgeng.

Dia mengatakan Bulog telah mempermudah petani yang ingin menjual gabah atau beras melalui satuan petugas yang menjemput barang milik petani. Petani secara individu dan kelompok tani bisa menjual hasil panenannya ke Bulog. Untuk kelompok tani bisa menjalin kontrak pembelian dengan Bulog. Dengan syarat: menyertakan surat rekomendasi dari Dinas Pertanian.

Pada 2014, Bulog DIY hanya mampu menyerap beras hasil panen petani Yogyakarta sebanyak 32 ribu ton atau hanya 7-10 persen produksi beras panenan petani Yogyakarta. Padahal kebutuhan beras di Yogyakarta pada 2014 sebesar 51 ribu ton. Akibatnya, Bulog harus menutupi kekurangan stok 19 ribu ton beras dengan meminta bantuan Bulog Jawa Timur dan Jawa Tengah.

SHINTA MAHARANI


Berita terkait

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

5 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

5 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

6 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

6 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

7 hari lalu

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

Luhut Pandjaitan menyatakan bahwa Cina bersedia turut memberikan teknologi padinya ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Bulog Cirebon Mulai Serap Gabah Petani, Panen Raya sampai Mei

10 hari lalu

Bulog Cirebon Mulai Serap Gabah Petani, Panen Raya sampai Mei

Bulog cabang Cirebon mulai menyerap gabah hasil panenan petani. Panen diperkirakan semakin banyak pada akhir April hingga Mei.

Baca Selengkapnya

Pergantian Kepala Bulog Disinggung di MK, Budi Waseso Bilang Tak Ada Masalah

23 hari lalu

Pergantian Kepala Bulog Disinggung di MK, Budi Waseso Bilang Tak Ada Masalah

Hakim konstitusi Arief Hidayat mempertanyakan alasan Buwas diganti Wakil Menteri Perdagangan 2011-2014 Bayu Krisnamurthi di tengah masa kritis.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ikut Salurkan Bansos Beras di Jambi, Pastikan Penyalurannya Dilanjutkan Sampai Juni

25 hari lalu

Jokowi Ikut Salurkan Bansos Beras di Jambi, Pastikan Penyalurannya Dilanjutkan Sampai Juni

Presiden Joko Widodo alias Jokowi ikut menyalurkan bantuan pangan atau bansos beras di Jambi hari ini. Jokowi mengklaim bantuan ini menjadi salah satu program pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi, utamanya inflasi beras.

Baca Selengkapnya

PT Suri Nusantara Sebut Tahun Ini Tidak Dapat Izin Impor Daging Kerbau

25 hari lalu

PT Suri Nusantara Sebut Tahun Ini Tidak Dapat Izin Impor Daging Kerbau

Tidak disebutkan detail kapan izin impor daging kerbau diberikan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Bos PT Timah Beberkan Alasan Produksi Jeblok, Respons Sri Mulyani Dipanggil MK ke Sidang Pilpres

26 hari lalu

Terpopuler: Bos PT Timah Beberkan Alasan Produksi Jeblok, Respons Sri Mulyani Dipanggil MK ke Sidang Pilpres

Berita terpopuler bisnis pada Selasa kemarin dimulai dari penjelasan Dirut PT Timah soal jebloknya pendapatan negara dari sektor timah pada 2023.

Baca Selengkapnya