Rahmat Gobel : Ketahanan Pangan Sama dengan Ketahanan Negara
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Rahmat Gobel menargetkan ekspor non-migas ke Italia yang saat ini kurang-lebih senilai US$ 2,28 miliar mampu mencapai US$ 8,27 miliar pada 2019.
"Saya optimistis melalui partisipasi Indonesia pada World Expo Milan (WEM) 2015 yang berlangsung selama enam bulan, dari 1 Mei hingga 31 Oktober 2015, merupakan nation branding Indonesia di mata masyarakat Eropa, sekaligus menjadi katalisator peningkatan perdagangan dan investasi Indonesia ke arah yang semakin baik," kata Rahmat Gobel dalam siaran pers yang diterima Antara News, Minggu, 3 Mei 2015.
Dia mengaku optimistis kunjungan kerja ke Italia kali ini mampu meningkatkan nilai ekspor non-migas Indonesia pada 2019 senilai US$ 8,27 miliar, dan nilai ini merupakan peningkatan 263 persen dari nilai ekspor non-migas pada 2014 yang tercatat US$ 2,28 miliar.
Selain itu, ucap dia, target peningkatan ekspor non-migas ke Italia tersebut tidak kecil, karena hanya dapat tercapai melalui kerja sama intensif yang terus diupayakan melalui kegiatan antar-pelaku bisnis kedua negara.
Dia melakukan kunjungan Misi Dagang Indonesia 2015 ke Eropa pada 29 April hingga 4 Mei 2015 dan ke Milan, Italia, untuk mempertemukan pelaku bisnis dari kedua negara.
Menurut dia, kunjungan ke Milan merupakan upaya yang strategis dan penting bagi peningkatan kerja sama kedua negara, terutama kerja sama produk tekstil dan produk unggulan ekspor Indonesia lain.
"Milan merupakan kota fashion dunia yang selalu memikat para desainer, artis, fotografer, dan model dari seluruh dunia serta industri kuliner dunia. Posisi ini menyebabkan Milan menjadi salah satu mitra penting bagi Indonesia," tuturnya.
Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?
11 Januari 2023
Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?
Nilai ekspor Indonesia pada 2022 tumbuh 29,4 persen dengan nilai US$ 268 miliar atau sekitar Rp 4.144 triliun. Beberapa komoditas seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.