Menteri Susi: Bubarkan Asosiasi yang Terkait Illegal Fishing  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Kamis, 23 April 2015 11:45 WIB

Para anak buah kapal (ABK) yang bekerja di PT. PBR Benjina tiba di Tual, Maluku, 4 April 2015. ABK tersebut merupakan warga negara Myanmar, Laos, dan Kamboja. ANTARA/Obama

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta agar asosiasi perikanan yang dimiliki perusahaan pelaku illegal fishing dibubarkan. "Kalau asosiasi itu milik pengurus atau milik perusahaan, ya harus dibubarkan," ujar Susi melalui pesan pendek yang diterima Tempo, Kamis, 23 April 2015.

Susi mengatakan ada satu asosiasi perikanan yang dijadikan kendaraan oleh PT Pusaka Benjina Resources (PBR) untuk menjalankan praktek illegal fishing. "Salah satu anggota direksi Benjina menjadi pengurus asosiasi perikanan itu," ujar Susi. Asosiasi perikanan yang dimaksud Susi adalah Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN). Dalam kepengurusan organisasi tersebut, Ahmad Jauzi, yang merupakan salah satu direktur PT PBR, menjabat sekretaris jenderal.

Nama PT PBR menjadi sorotan publik karena diduga melakukan perbudakan terhadap para anak buah kapal asal Myanmar. Tidak hanya itu, perusahaan yang dibawahi Tex Suryawijaya ini diduga melakukan pencurian ikan dan penyelundupan manusia. Susi mengatakan seharusnya asosiasi perikanan dapat menurunkan pejabatnya yang terlibat dalam praktek illegal fishing.

Susi mengimbau agar hal yang dialami MPN tidak terjadi pada organisasi perikanan lain. Menurut Susi, asosiasi perikanan harus mampu menjadi organisasi independen yang mampu mendukung serta membangun kedaulatan dan sumber daya laut yang berkelanjutan. "Saya khawatir asosiasi perikanan ditunggangi pelaku illegal fishing. Semua asosiasi, termasuk Ispikani (Ikatan Sarjana Perikanan Nasional Indonesia), harus mengerti agar organisasinya tidak dipakai untuk melegalkan praktek illegal fishing," ujar Susi. Ispikani merupakan organisasi perikanan yang diketuai Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Gellwynn Jusuf.

Direktur PT Pusaka Benjina Resources Ahmad Jauzi membantah jika dia disebut memanfaatkan Masyarakat Perikanan Nusantara untuk melegalkan bisnis penangkapan ikan ilegal perusahaannya. Jauzi menegaskan, dia telah aktif di organisasi itu sebelum bergabung dengan PT PBR. Menurut Jauzi, dia aktif di MPN dan Ispikani sejak 1996. Pada 1996, dia menjadi pengurus MPN mewakili Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia.

Ahmad Jauzi mengaku pada 2003 ia terpilih menjadi Wakil Sekretaris Jenderal MPN. Sedangkan di Ispikani, sejak 2002 ia sudah duduk sebagai Wakil Sekretaris. Adapun di PT PBR ia baru mulai bekerja pada 2007. "Selisih waktu di atas menunjukkan bahwa pernyataan Menteri Susi Pudjiastuti sangat tidak berdasar," kata Jauzi.

DEVY ERNIS

Berita terkait

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

3 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

20 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

34 hari lalu

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

34 hari lalu

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

34 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

28 Februari 2024

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

Produksi terbesar diperoleh dari sektor produksi garam rakyat yang mencapai 2,2 juta ton,

Baca Selengkapnya

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

18 Februari 2024

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

Berita terkini bisnis pada siang ini dimulai dari Susi Pudjiastuti yang mengingatkan soal program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

18 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

Melalui kicauannya di media sosial X, Susi Pudjiastuti mengaku lebih setuju subsidi BBM dialihkan untuk makan siang gratis anak-anak di sekolah.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

8 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menolak keras rencana pemerintah membuka kembali keran ekspor benih lobster atau benur.

Baca Selengkapnya

Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Begini Kondisinya Saat Ini

6 Februari 2024

Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Begini Kondisinya Saat Ini

TPNPB-OPM menyatakan belum melepaskan pilot Susi Air lantaran pemerintah Indonesia dan pemerintah Selandia Baru belum mau berbicara dengan mereka.

Baca Selengkapnya