Tim Menteri Susi Temukan Penjualan Burung Papua Lewat Kapal  

Reporter

Editor

Kurniawan

Sabtu, 18 April 2015 07:36 WIB

Petugas menunjukkan burung Cendrawasih yang telah mati saat gelar kasus penyelundupan satwa langka di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, 27 Februari 2015. Ratusan satwa langka yang akan diselndupkan tersebut ditemukan dari atas kapal motor (KM) Gunung Dempo dari Papua. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Merauke - Tim Anti-Illegal Fishing Kementerian Kelautan dan Perikanan menemukan perdagangan burung endemik Papua. Tim yang dibentuk Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti itu menemukan hewan-hewan ini setelah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Kampung Woegekel, Distrik Ilwayab, Merauke, Papua.

Tim itu mengunjungi Ilwayab untuk mengecek kapal-kapal milik PT Dwikarya Reksa Abadi, PT Aru Samudera Lestari, PT Avona Mina Lestari, dan PT Antarticha Segara Lines. Kapal-kapal yang beroperasi di kawasan itu adalah milik empat perusahaan tersebut.

Satwa-satwa tersebut dikirim ke Cina lewat kapal perusahaan itu. Perwakilan PT Dwikarya di Ilwayab, Tomo Khusein, mengaku tidak tahu-menahu soal pengiriman burung-burung tersebut.

Wakil Ketua Tim Anti-Illegal Fishing Yunus Husein mengatakan akan berkoordinasi dengan lembaga terkait, seperti Kementerian Kehutanan dan kepolisian. "Untuk melihat nanti bagaimana, apakah masuk ilegal juga," ucapnya.

Penjualan satwa-satwa Papua lewat kapal itu sudah lama terjadi. Hendori, penjual satwa, menuturkan kebanyakan satwa yang dijual adalah burung kakak tua jambul kuning, burung beo, nuri, gagak, dan buaya yang telah diawetkan. "Peminatnya orang-orang Cina," ujarnya saat ditemui Tempo di rumahnya pada Kamis, 16 April 2015.

Di rumah Hendori, ada seekor kakak tua jambul kuning. Burung itu kurus dan bulunya sudah rontok. "Ini sepi setelah kapal Cina tidak jalan," katanya. Menurut dia, saat kapal-kapal ke Cina masih aktif menangkap ikan, permintaan satwa tinggi.

Hendori berujar, dahulu, dalam sehari dia bisa menangkap 20 ekor burung endemik. Terkadang dia membeli dari warga setempat kemudian dijual kepada nelayan Cina dengan harga Rp 1,5-3 juta.

Biasanya, ucap lelaki asal Jawa Tengah ini, hewan-hewan tersebut dikirim dua kali dalam sebulan saat ada kapal yang mengirim barang ke Cina. Makanya, kata Hendori, sekali angkut, bisa ada seratus hewan pelbagai jenis yang dikirim.

Pedagang lain, Winarsi, menjelaskan, saat masih ramai, dia bisa mendapatkan uang sampai Rp 50 juta sekali angkut hewan. "Peminat Cina memang tinggi," tuturnya.

SYAILENDRA

Berita terkait

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

4 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

7 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

25 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

38 hari lalu

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

39 hari lalu

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

39 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

28 Februari 2024

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

Produksi terbesar diperoleh dari sektor produksi garam rakyat yang mencapai 2,2 juta ton,

Baca Selengkapnya

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

18 Februari 2024

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

Berita terkini bisnis pada siang ini dimulai dari Susi Pudjiastuti yang mengingatkan soal program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

18 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

Melalui kicauannya di media sosial X, Susi Pudjiastuti mengaku lebih setuju subsidi BBM dialihkan untuk makan siang gratis anak-anak di sekolah.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

8 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menolak keras rencana pemerintah membuka kembali keran ekspor benih lobster atau benur.

Baca Selengkapnya