Carlos Slim, 72 tahun memiliki kekayaan $70 miliar (Rp 639,2 triliun). Selama tiga tahun berturut-turut, Slim adalah pria terkaya di dunia. Kekayaannya hampir mencapai 6 persen dari pendapatan domestik Meksiko. Slim yang keturunan Lebanon adalah ketua dewan direksi dan CEO tiga perusahaannya, raksasa telekomunikasi Telmex dan American Movil, perusahaan ponsel ketiga terbesar dunia dari segi pelanggan. Ia juga konglomerat Grupo Carso. Luxuo.com
Carlos Slim Helu misalnya. Menurut lembaga amal Oxam, pengusaha Meksiko ini tercatat sebagai orang terkaya di dunia dengan total harta US$ 80 miliar. Dengan kekayaan ini, Carlos membutuhkan sedikitnya 220 tahun untuk menghabiskan uangnya. Itu pun jika jumlah yang dibelanjakan "hanya" sekitar US$ 1 juta atau sekitar Rp 12,5 miliar per hari. Oxfam merilis laporan berdasarkan penelitiannya selama setahun sejak Maret 2013 hingga 2014. (Baca: Berapa Kekayaan Bos Facebook Saat Ini?)
Jumlah orang kaya di seluruh dunia terus bertambah. Menurut Oxfam, krisis ekoomi justru menciptakan orang kaya baru hingga dua kali lipat. Sebaliknya, orang miskin meroket akibat harta mereka habis untuk membayar biaya kesehatan. (Baca: Gaya Orang Kaya Baru Indonesia Diulas Media Asing)
Berdasarkan laporan terbaru, Oxfam mencatat pangsa kekayaan dunia yang dimiliki miliuner dunia meningkat dari 44 persen pada 2009 menjadi 48 persen pada 2014. Jumlah para miliuner ini hanya 1 persen dari jumlah populasi dunia. Dalam laporan terbarunya, Oxfam memperkirakan, pada 2016, orang terkaya itu akan menguasai kekayaan dunia lebih dari 50 persen. Selanjutnya: Resesi Membuat Orang Kaya Makin Kaya <!--more-->
Direktur Eksekutif Oxfam International Winnie Byanyima mengatakan peningkatan konsentrasi kekayaan terlihat sejak resesi keuangan pada tahun 2008-2009. "Kami ingin membawa pesan dari orang-orang di negara-negara termiskin di dunia untuk forum para pemimpin bisnis dan politik yang paling kuat," katanya kepada Guardian, Selasa, 27 Januari 2015.
Dia menilai meningkatnya kesenjangan orang kaya dan miskin berbahaya karena buruk bagi pertumbuhan dan pemerintahan. Oxfam, kata dia, melihat konsentrasi kekayaan dapat memegang kekuasaan dan tidak mempedulikan suara atau kepentingan masyarakat.
Laporan ini juga mencatat kenaikan jumlah miliarder tidak hanya di negara kaya. Dia mencontohkan, di India, yang hanya memiliki dua miliarder pada 1990-an, jumlahnya kini menjadi 65 miliarder. Adapun, pada Maret 2014, ada 16 miliuner di negara sub-Sharan Afrika.
Oxfam merilis sebuah studi yang menunjukkan bahwa 85 orang terkaya di planet ini memiliki kekayaan yang sama seperti 3,5 miliar orang miskin. Jumlah orang miskin ini mencapai 50 persen dari populasi dunia. Byanyima mengatakan kesenjangan ekstrem bukan terjadi melalui kecelakaan atau aturan alam ekonomi. "Ini adalah hasil dari kebijakan, dan perbedaan kebijakan dapat mengurangi ini," katanya.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde memperingatkan bahwa meningkatnya ketidaksetaraan akan merusak perekonomian dunia jika dibiarkan. Dia berencana mengusulkan rencana pajak redistributif bagi para miliuner.