TEMPO Interaktif, Jakarta:Sejumlah negara ASEAN yang menjadi pemegang saham di pabrik pupuk PT ASEAN Aceh Fertilizer (AAF) akan menggelar pertemuan pada 16 Juli guna menentukan kelanjutan usahanya.Direktur Utama AAF Rauf Purnama mengatakan, dalam rapat itu ini nanti juga akan dibahas dana untuk pemutusan hubungan kerja bagi sekitar 800 pegawai. "Keputusannya nanti bisa tetap beroperasi atau tutup," kata Rauf di kantor wakil presiden usai pertemuan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dengan Perhimpunan Insinyur Indonesia hari ini.Dia mengatakan, perusahaan pupuk patungan negara ASEAN itu memang sudah tidak beroperasi lagi sejak dua tahun lalu. Ia memperkirakan, AAF baru akan bisa beroperasi dalam dua tahun mendatang. "Gasnya diperkirakan dari Blok A di Nanggroe Aceh Darussalam.Pabrik pupuk yang berlokasi di Aceh ini, lanjut Rauf, tiap tahunnya membutuhkan sekitar 180 mmcfd untuk tiga pabrik, atau sekitar 60 mmcfd per pabrik. Sedangkan pasokan selama ini bermasalah karena Exxon sudah berencana menjual seluruh gasnya ke luar negeri.Menurut dia, Indonesia saat ini merupakan pemegang saham mayoritas sekitar persen. Dan beberapa negara pemegang saham lainnya, seperti Thailand, telah mengindikasikan akan menjual sahamnya. Selain pemerintah, Indonesia belum ada investor lain yang berminat membeli saham ituBudi Riza