Pupuk Pabrik Langka, Petani Organik Tetap Tenang

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Sabtu, 17 Januari 2015 18:27 WIB

Petani mencabut benih padi varietas lokal genjah rante di Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (TEMPO/Shinta Maharani)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pupuk berbahan kotoran sapi bercampur urine kelinci, dolomit, dan tanah melimpah di Dusun Dowaluh, Trirenggo, Bantul. Ada pula gundukan bakal pupuk kompos yang telah diolah kelompok tani. Bakal pupuk olahan itu berada di dekat kandang sapi kelompok tani. Mereka mengolahnya di dekat pepohonan bambu, tak jauh dari kandang itu.

Di dusun ini petani tak risau karena pupuk bersubsidi langka di tengah masa tanam sekarang. Anggota kelompok tani Lumbung Lestari, Maryani merupakan satu di antara lima perempuan petani yang mengolah pupuk kompos di sana. (Baca:Balik ke Beras Lokal, Sehat dan Berdaulat)

Dalam satu kali mengolah, kelompok tani mampu menghasilkan 2,5-3 ton pupuk kompos. Bahan-bahan kompos itu di antaranya kotoran sapi, dolomit, urin kelinci, dan tanah yang diambil di bawah pohon bambu. Bakal pupuk kompos ini kemudian ditutupi terpal untuk proses ferementasi. "Kami tak pernah kebingungan dengan pupuk langka. Stok melimpah," kata Maryani, Sabtu 16 Januari 2014.

Ketua kelompok tani Lumbung Tani Lestari, Hery Astono mengatakkan kelompoknya tak pernah ribut dengan kelangkaan pupuk bersubsidi karena mereka mandiri pupuk dan benih padi. Sebagian besar petani di sana menggunakan pupuk organik. Hanya ada satu hingga dua petani yang memakai pupuk jenis phonska maupun NPK. "Kalau anggota kelompok tani nol menggunakan pupuk kimia," kata dia. (Baca: Bandung Garap 32 Hektar Sawah untuk Cadangan Makan)

Petani mengerti bahwa menggunakan pupuk kimia tak bagus untuk tanaman padi. Misalnya menyebabkan daun padi kering dan hama sundep pada padi. Petani tahu protein dari zat kimia sintesis disukai hama. "Kami tak pernah memusingkan pupuk bersubsidi langka karena kelompok tani mampu mencukupi lewat pupuk kompos buatan mereka," kata dia.

Tak hanya pupuk kompos, kelompok tani itu pun mengolah pupuk cair berbahan urine kelinci dan kambing. Setidaknya ada 20 botol pupuk cair yang ada saat ini. Ada pula tiga drum pupuk cair. Satu botol pupuk cair bisa digunakan untuk pupuk padi setidaknya 1.000 meter lahan hingga panen tiba. Harga pupuk cair Rp 20 ribu per botol.

Sedangkan, harga pupuk kompos per karung atau 25 kilogram Rp 12.500. Untuk anggota kelompok tani pupuk kompos dijual lebih murah, yakni Rp 11.500 per karung. Pupuk kompos itu banyak dipakai petani dari banyak kecamatan di Bantul. Beberapa di antaranya adalah petani di Kecamatan Kretek, Imogiri, Pandak, dan Pundong. (Baca: Kuliner Sehat Berbahan Pangan Lokal 'Ndeso' )

Kompos itu menghasilkan kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium yang seimbang. Bulir padi yang menggunakan pupuk kompos ini lebih berisi, enak, dan sehat dikonsumsi. Kompos olahan kelompok tani itu telah diuji di laboratorium milik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

SHINTA MAHARANI

Baca berita lainnya:
Jokowi Pilih Budi Gunawan, Ahok: Orang Salah Paham
Tunda Budi, Jokowi Hindari 3 Masalah Besar

Jokowi Tunda Budi Gunawan, Ini Drama di Istana

Abdee Slank Bicara Soal Artis dan Keputusan Jokowi

Tunda Budi, Jokowi Atasi Desakan Kubu Megawati

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

11 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

14 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

55 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

58 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Soal Kelangkaan Pupuk Subsidi, Ganjar Pranowo Duga karena Tidak Tepat Sasaran

4 Januari 2024

Soal Kelangkaan Pupuk Subsidi, Ganjar Pranowo Duga karena Tidak Tepat Sasaran

Ganjar Pranowo menilai distribusi pupuk bersubsidi yang tidak tepat sasaran berdampak pada kelangkaan pupuk bersubsidi di berbagai daerah.

Baca Selengkapnya

Janji Terbaru Ganjar: Atasi Kelangkaan Pupuk, Evaluasi UU Cipta Kerja hingga Dorong Ekonomi Pesantren

18 Desember 2023

Janji Terbaru Ganjar: Atasi Kelangkaan Pupuk, Evaluasi UU Cipta Kerja hingga Dorong Ekonomi Pesantren

Dalam sejumlah kunjungannya ke daerah, capres Ganjar Pranowo menyampaikan sejumlah janji yang akan dijalankan bila menang pada Pilpres 2024. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya