Impor Kedelai Akan Melonjak Akibat Buruh Mahal
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Selasa, 23 Desember 2014 18:50 WIB
TEMPO.CO, Surabaya - Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi turut berpengaruh pada komponen biaya produksi pertanian. Salah satunya ialah buruh tani yang menuntut kenaikan upah. Buruh tani rata-rata mendapat upah sekitar Rp 45 ribu per hari.
Dengan delapan jam kerja sehari, pendapatan mereka berkisar Rp 1,4 juta per bulan. "Ini mengancam pertanian kita. Impor kedelai akan meningkat karena buruh semakin langka di pedesaan," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur M. Sairi Hasbullah di Surabaya, Selasa, 23 Desember 2014. (Baca berita lainnya: Kementan Mimpi Swasembada Kedelai)
Berdasarkan Sensus Pertanian 2013 Provinsi Jawa Timur, 40,34 persen dari total biaya per musim tanam 1 hektare luas panen kedelai, atau sebesar Rp 4,07 juta, dikeluarkan untuk sewa lahan. "Untuk upah pekerja dan jasa pertanian bisa mencapai 40,04 persen atau Rp 4,04 juta. Komponen biaya produksi sawah tentu akan semakin berat," katanya.
Perubahan gaya hidup menyebabkan generasi muda di pedesaan tak lagi tertarik menjadi petani. Sairi menyebutkan, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, terjadi migrasi besar-besaran pemuda desa ke kota. "Umumnya, mereka lebih tertarik kerja serabutan di kota daripada turun ke sawah," katanya. (Baca: Kedelai Impor Mahal, Kedelai Lokal Sepi Peminat)
Menurut data Dinas Pertanian Jawa Timur, produksi kedelai berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM II) Tahun 2014 sebesar 332,75 ribu ton biji kering. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 3,28 ribu ton (1,00 persen) dibandingkan produksi kedelai pada 2013.
Namun harga kedelai yang fluktuatif dan serbuan kedelai impor menjadikan petani Jawa Timur beralih menanam komoditas lain. "Tidak seperti padi yang harganya lebih baik, kedelai lokal kalah dengan kedelai impor. Seharusnya ada instrumen harga yang berpihak dari pemerintah pusat," ujar Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Nur Falakhi. (Baca juga: Menteri Suswono: Petani Ogah Tanam Kedelai)
Menyikapi hal itu, pihaknya berupaya mengusulkan kenaikan harga patokan petani (HPP) kedelai menjadi Rp 8.000 per kilogram. Harapannya, petani kembali tertarik menanam kedelai. "Di samping itu, kami melakukan perluasan area tanam kedelai menjadi 42 ribu hektare tahun ini," kata Falakhi. Tujuannya agar ongkos produksi bisa berkurang.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Berita Terpopuler:
Harga Pertamax di ASEAN, Siapa Termahal?
Jokowi Benahi Rumah Kumuh, Berapa Dananya?
Industri Sepatu Lokal Hanya Dapat US$ 4 Miliar
Premium Disetop, Apa Dampaknya bagi Mobil Mewah?
Menteri Susi Pudjiastuti Harusnya Melakukan Ini