Dr. Kurtubi ketika memberikan keterangan sebagai saksi ahli di ruang sidang Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (6/6). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kurtubi menyatakan, negara dapat menghemat devisa hingga US$ 15 miliar karena turunnya harga minyak mentah dunia hingga US$ 65 per barel. Penghematan ini dipicu oleh turunnya nilai impor dari US$ 45 miliar menjadi US$ 30 per tahun. "Menurunnya harga minyak mentah jelas berpengaruh terhadap nilai impor," ujar Kurtubi melalui sambungan telepon, Ahad, 30 November 2014. (Baca : HargaMinyak Dunia Merosot ke Titik Terendah)
Kurtubi menyatakan, turunnya harga minyak mentah dunia disebabkan oleh enggannya Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) menurunkan produksi minyak. Akibatnya stok minyak melebihi permintaan pasar. (Baca : Fadli Zon Bandingkan Harga BBM RI dengan Malaysia)
Namun penurunan harga, kata Kurtubi, juga berimbas pada turunnya penerimaan migas di Tanah Air. Akibatnya, penerimaan anjlok hingga US$ 8 miliar. "Ditambah lagi produksi minyak negara saat ini menyentuh titik terendah dalam sejarah, yakni di bawah 800 ribu barel per hari," ujar Kurtubi.
Kurtubi memprediksi harga Pertamax akan mengalami penurunan. Namun dia enggan menyebutkan angka pasti. Sebab untuk Pertamax, Indonesia masih memakai harga acuan Singapura (MOPS).
Politikus dari fraksi Partai Nasional Demokrat ini menjelaskan penyesuaian penurunan MOPS di Indonesia membutuhkan waktu hingga dua minggu. "Penyesuaian ini karena waktu pengiriman saja," kata Kurtubi.
Namun Kurtubi memprediksi penurunan harga hanya berlangsung empat bulan. Pasalnya, musim dingin akan melanda di negara-negara eropa pada empat bulan mendatang. Akibatnya permintaan minyak mentah dunia diprediksi akan naik lagi.
Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas
2 hari lalu
Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.