Penumpang menunggu dikeberangkatan bus di terminal Senen, Jakarta, Rabu (28/3). Organisasi Angkutan Darat (Organda) akan menaikkan tarif jasa angkutan umum sebesar 35 persen mulai 1 April nanti. Kenaikan tarif diberlakukan jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 5 persen sampai 15 persen pada waktu yang sama. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Padang - Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumatera Barat memastikan tidak akan ikut-ikutan menggelar aksi mogok. "Sumatera Barat kondusif. Jadi tak perlu mogok, karena akan merugikan," ujar Ketua Organda Sumatera Barat Budi Syukur di Padang, Rabu, 19 November 2014. (Baca:Harga BBM Naik, Sopir Angkot Bogor Batal Mogok)
Menurut pantauan Tempo hari ini, angkutan umum di Kota Padang tetap beroperasi dengan normal. Di sepanjang rute Andalas dan Anduring, angkutan umum masih melintas.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Organda Eka Sari Lorena menyatakan seluruh angkutan anggota Organda akan melakukan aksi mogok massal secara nasional pada hari ini. "Kami akan berhenti beroperasi dari Sabang sampai Merauke," ujarnya, kemarin.
Namun Budi mengoreksi instruksi tersebut. Menurut dia, Organda tidak mogok, tapi pengusaha yang tak sanggup mengoperasikan kendaraannya memilih berhenti beroperasi hari ini. "Kalau masyarakat tak mau membayar tarif baru, barulah kendaraan tidak jalan," ujarnya. (Baca:Organda Mogok, Jokowi: Itu Reaksi Satu-Dua Hari )
Namun, kata Budi, kondisi di Sumatera Barat masih normal. Kenaikan tarif angkutan yang disepakati Organda setempat diterima oleh masyarakat. "Masyarakat di Sumatera Barat pengertian," ujarnya.
Sejumlah angkutan umum di Kota Padang sudah menaikkan tarif sejak kemarin sebesar Rp 1.000. Albertkan, 26 tahun, sopir angkutan kota jurusan Pasar Raya-Balai Baru, mengaku menaikkan tarif sesuai dengan porsi kenaikan BBM bersubsidi meskipun Dinas Perhubungan Sumatera Barat belum menetapkan tarif resmi. (Baca:Angkot Mogok, Ridwan Kamil Siapkan Truk Dinas )