Jepang Resesi, Kurs Rupiah Stagnan  

Reporter

Selasa, 18 November 2014 06:37 WIB

Sejumlah nasabah mengantri untuk menukarkan uang dolar Amerika karena merosotnya nilai tukar Rupiah di penukaran kurs valuta asing PT Ayu Masagung di Jakarta, Senin (13/10). TEMPO/Adri Irianto

TEMPO.CO, Jakarta - Perlambatan ekonomi Jepang membuat pelaku pasar cenderung mengalihkan risikonya ke aset-aset safe haven. Dalam transaksi pasar uang Senin, 17 November 2014, rupiah menguat tipis delapan poin (0,07 persen) ke level 12.206 per dolar Amerika Serikat. Dolar sedikit tertekan di pasar regional Asia setelah rilis pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal ini di bawah ekspektasi, yakni minus 0,4 persen.

Analis dari PT Monex Investindo Futures, Daru Wibisono, menduga ada pengalihan risiko yang dilakukan investor valuta asing guna mengantisipasi resesi ekonomi Jepang. Investor cenderung melepas dolarnya ke aset safe haven lainnya, yakni yen Jepang itu sendiri. “Pelemahan yang dialami dolar ini kemudian dimanfaatkan oleh rupiah untuk keluar dari tekanan,” ujarnya.

Perlambatan ekonomi yang dialami Jepang akan mengancam mitra dagang, terutama Amerika dan Cina. Dengan adanya resesi, permintaan impor akan berkurang. Pelaku pasar akan cenderung menghindari risiko dan lebih aman menyimpan aset-asetnya di bank.

Di dalam negeri, investor masih bersikap wait and see atas isu kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Kenaikan harga BBM bisa memicu penguatan rupiah apabila kenaikan harga barang di tingkat masyarakat dapat ditekan. (Baca: Harga Premium Kini Rp 8.500, Solar Rp 7.500)

Daru memperkirakan rupiah hari ini, Selasa, 18 November 2014, akan bergerak pada kisaran 12.180–12.220 per dolar AS. Pembukaan pasar Amerika pada awal pekan (tadi malam) masih akan merespons dampak resesi Jepang dan akan berpengaruh terhadap pergerakan dolar di pasar global. “Namun pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengenai stimulus tampaknya akan meredam kekecewaan pasar.”

M. AZHAR

Berita Terpopuler
Menteri Susi Akui Dipilih Jokowi karena Gila
|
Bagaimana Kubu Prabowo Hadang Ahok di DKI?

Jokowi Pulang, Ekonom: Mustahil Harga BBM Naik

Berita terkait

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

9 jam lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

14 jam lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

1 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

3 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

5 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya