Alun-alun Kota Wisata Batu, Malang. TEMPO/Abdi Purmono
TEMPO.CO, Batu - Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, menganggarkan Rp 3,5 miliar untuk mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik dianggap sangat cocok dikembangkan di Kota Batu yang kesuburan lahannya mulai berkurang, serta bisa menghasilkan produk pertanian yang aman dan ramah lingkungan.
“Tahun ini kami anggarkan Rp 500 juta untuk memulai pertanian organik dan utamanya dimaksimalkan untuk penyuluhan,” kata Wali Kota Batu Punjul Santoso seusai memberi sambutan dalam seminar internasional tentang pertanian organik di Hotel Kusuma Agrowisata, Kota Batu, Rabu, 22 Oktober 2014. Tahun depan, anggaran akan ditambah menjadi Rp 3 miliar. Anggaran ini sudah disetujui pihak legislatif.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu Arif As Sidiq mengatakan anggaran itu akan digunakan untuk pengadaan berbagai alat pertanian, pembasmian hama. Juga untuk membasmi hama dengan sistem organik dan dump plot, yakni budi daya pertanian yang dibuat di rumah-rumah. Beberapa kawasan yang akan digunakan untuk dump plot adalah Tlekung, Sisir, Giripurno, Pendem, dan Tulungrejo.
“Kami juga konsolidasikan kegiatan pasca-panen, pengadaan bibit dan benih, serta cooling room,” kata Arif. Dinas Pertanian akan mewadahi dan memfasilitasi petani organik yang menyukseskan program itu dengan memberikan insentif. (Baca: Petani Malang Ogah Pakai Pupuk Organik Bersubsidi)
Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati
11 hari lalu
Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati
Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.