Papan indeks bursa saham di Bank Mandiri, SCBD, Jakarta, Kamis (29/10). Aksi panik jual dan dugaan forced sell sempat memaksa IHSG turun lebih dari 100 poin pada awal perdagangan, pada perdagangan Kamis (29/10/2009). TEMPO/Dwianto Wibowo
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah sektor disebut-sebut sebagai favorit para investor saham selama bulan Ramadan. Kepala Riset PT Universal Securities Satrio Utomo mencontohkan sektor retail dan sektor konsumsi menjadi lahan penanaman modal yang empuk. "Pada kedua sektor itu pasti ada peningkatan penjualan," ujarnya saat dihubungi Tempo, Senin, 30 Juni 2014.
Meski begitu, menurut Satrio, pelaku pasar perlu berhati-hati pada Ramadan kali ini. Sebab, sejumlah emiten masih memiliki potensi koreksi yang bisa menjerumuskan investasi. Selain itu, meski belum diperhitungkan angkanya, daya beli masyarakat tahun ini pun dinilai tidak setinggi tahun lalu. (Baca: 8 Strategi Investasi Saham Gaya Warren Buffett)
Selain itu, emiten-emiten seperti telekomunikasi dan infrasruktur pun akan mengalami penjualan yang meningkat tahun ini. "Tapi untuk kenaikan dua sektor itu lebih disebabkan oleh pemilu presiden, bukan Ramadan," kata dia.
Satrio mengatakan Ramadan bagi pelaku pasar selalu identik dengan pasar yang sepi. Investor menahan diri untuk melakukan investasi pada periode puasa karena menghindari risiko penurunan volume transaksi. (Baca: Indeks Masih Rawan Aksi Jual)
Meski demikian, dari tahun ke tahun volume transaksi pada bulan Ramadan bergerak fluktuatif. "Sebenarnya, volume transaksi di pasar itu random. Hanya lebih sering naik," kata dia.
Sejumlah saham retail yang tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah PT Matahari Department Store Tbk, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, PT Mitra Adiperkasa Tbk, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dan PT Midi Utama Tbk. Adapun sejumlah saham telekomunikasi yang tercatat di bursa adalah PT Indosat Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT XL Axiata Tbk.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.