TEMPO.CO, Surakarta -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menilai seharusnya pengusaha batik Tanah Air tidak khawatir terhadap serbuan batik asal Cina. Sebab, sudah ada pembahasan antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Yayasan Batik Indonesia ihwal pelabelan.
"Harusnya ada label khusus untuk batik Cina," ujar Mari Elka, saat berkunjung ke Pasar Klewer, pusat penjualan batik di Surakarta, Senin, 23 Juni 2014. (Baca juga: Pasar Tanah Abang Dibanjiri Batik Asal Cina)
Label tersebut menerangkan yang dijual adalah kain tekstil bercorak batik. Sehingga, berbeda dengan batik cap atau batik tulis atau kombinasi batik cap dan tulis.
Hanya saja, Mari Elka tidak tahu sejauh mana label tersebut berhasil. Oleh karena itu, upaya lainnya adalah mengedukasi konsumen agar tidak salah membeli. Cara paling gampang, kain tekstil bermotif batik ada kain putih di bagian belakangnya. "Harganya juga berbeda," katanya.
Pedagang juga harus jujur dalam menjelaskan ke konsumen mana batik cap, batik tulis, atau kain tekstil bermotif batik. Sebab, cukup sulit membedakan mana batik cap dan batik tulis.
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
11 hari lalu
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta
28 Februari 2024
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta
Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).