TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan meminta agar kasus meninggalnya bayi di pesawat Lion Air diusut hingga tuntas. "Saya minta supaya diproses penyebab meninggal, sakit apa, sehingga perlu divisum dulu untuk tahu penyebabnya, baru kita tentukan siapa yang bertanggung jawab," katanya ketika ditemui di kantornya, Senin, 14 April 2014.
Menurut Mangindaan, pemeriksaan dibutuhkan untuk menentukan pihak yang bertanggung jawab. Setelah itu, kasus ini baru dapat diproses secara hukum. Dia menyayangkan terjadinya peristiwa ini.
Ia menuturkan, sebelum menaiki pesawat, semestinya bayi tersebut diperiksa di fasilitas kesehatan di bandara maupun di maskapai penerbangan. "Di bandara ada tempat pemeriksaan kesehatan. Maskapai juga punya fasilitas itu," kata Mangindaan.
Pihak maskapai pun belum memberi kompensasi kepada keluarga almarhum. Kejadian ini pun tidak merupakan kategori yang dijamin asuransi karena bukan tergolong kecelakaan pesawat. "Sama saja seperti orang sakit jantung yang meninggal di pesawat," ujar Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, kemarin.
BPBD DKI Catat 5 Orang Meninggal Akibat Banjir Jakarta
21 Februari 2021
BPBD DKI Catat 5 Orang Meninggal Akibat Banjir Jakarta
JAKARTA- Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta mengatakan pihaknya mencatat ada 5 korban jiwa dari peristiwa banjir yang menggenangi Jakarta pada Sabtu, 20 Februari 2021. Korban, kata dia terdiri dari lansia dan anak-anak. "Korban merupakan lansia 67 tahun berjenis kelamin laki-laki yang terkunci di dalam rumah, di Jatipadang, Jakarta Selatan. Selain itu 4 anak-anak, terdiri dari 3 anak laki- laki di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat yang hanyut terseret arus banjir saat sedang bermain, dan 1 anak perempuan usia 7 tahun yang tenggelam di Jakarta Barat," kata dia dalam keterangan tertulisnya.