TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri dan Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat tampaknya masih belum sepaham tentang evaluasi Low Cost Green Car (LCGC). Hidayat mengaitkan evaluasi ini dengan dampaknya terhadap industri Indonesia. Hidayat menyebutkan program LCGC bertujuan mengimbangi kompetisi dan impor kendaraan khusus dari ASEAN.
"Ini mendorong investasi agar Indonesia mandiri dalam bidang teknologi mobil dan mendorong produksi mobil yang hemat pemakaian BBM," kata Hidayat di kantornya, Selasa, 1 April 2014. Sejak 2013, kata dia, akibat kebijakan ini, industri otomotif Indonesia sudah menghasilkan 52 ribu unit dan akan mencapai 150 ribu unit pada 2014. Selain itu, sudah ada lima agen tunggal pemegang merek yang terlibat produksi dengan total investasi US$ 6,5 miliar.
Hidayat juga menyebutkan bahwa LCGC didesain dengan spesifikasi untuk menggunakan BBM non-subsidi. Untuk mendorong penggunaan BBM non-subsidi, ia mendukung pembedaan ukuran diameter nozzle BBM non-subsidi dan produsen mobil akan menyesuaikan produksi tangki bahan bakar LCGC.
Namun, jawaban itu tidak sejalan dengan perhatian Chatib. "Concern Kementerian Keuangan adalah pada penggunaan BBM subsidi," kata Chatib. Ia tidak mengelak adanya tambahan pemasukkan pajak dari berkembangnya industri otomotif di Indonesia. Akan tetapi, ia tetap mencari jalan tengah agar permasalahan pemakaian BBM subsidi terpecahkan.
TRI ARTINING PUTRI
Topik terhangat:
MH370 | Kampanye 2014 | Jokowi | Prabowo | Dokter TNI AU
Berita terpopuler lainnya:
3 Insiden Ini Bikin Heboh Saat SBY Berkampanye
PPATK Kritik Cara KPK Tangani Adik Ratu Atut
Telat Ngantor, Jokowi: Pemimpin Kok Diabsen
Kata Ahok Soal Sumbangan Rp 60 M Prabowo di Pilgub
Berita terkait
Tingkatkan Ekspor ke Amerika Selatan, Kemendag Akan Pakai Perjanjian Perdagangan Bilateral dengan Cile
7 jam lalu
Kemendag berencana memanfaatkan perjanjian dagang bilateralnya dengan Cile untuk meningkatkan ekspor ke Amerika Selatan.
Baca SelengkapnyaKTT APEC di Peru Kembali Bahas Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik atau FTAAP
18 jam lalu
Pertemuan organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Arequipa, Peru kembali membahas Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik
Baca SelengkapnyaFaisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?
20 jam lalu
Sejumlah nama besar masuk dalam bursa calon menteri keuangan untuk kabinet Prabowo-Gibran. Dua sosok dinilai cukup kuat
Baca SelengkapnyaKementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global
1 hari lalu
Kementerian Perdagangan mengungkapkan saat ini fenomena alih mitra dagang sejumlah negara telah mempengaruhi ekonomi global.
Baca SelengkapnyaChatib Basri Sebut Dampak Konflik Timur Tengah Bisa Timbulkan Defisit APBN Tembus Rp 300 Triliun
2 hari lalu
Chatib Basri menilai konflik yang terus-menerus di Timur Tengah berpotensi membuat defisit APBN hingga Rp 300 triliun.
Baca SelengkapnyaTingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina
3 hari lalu
Perlambatan perekonomian di Cina memberi dampak ke Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina
Baca SelengkapnyaPengamat Usul Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Kembali Digabung di Pemerintahan Prabowo
3 hari lalu
Wacana penambahan kementerian di pemerintahan Prabowo berpotensi membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)
Baca SelengkapnyaKementerian Perdagangan Sebut Waralaba Makanan dan Minuman Terbesar, Capai 47 Persen
6 hari lalu
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim menyebut bisnis waralaba di sektor makanan dan minuman menjadi yang terbesar
Baca SelengkapnyaBarang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?
14 hari lalu
Kementerian Perdagangan menghapus pembatasan jumlah maupun jenis pengiriman atau barang impor milik pekerja migran (PMI) tapi tetap diawasi Bea Cukai
Baca SelengkapnyaHarga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif
14 hari lalu
Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.
Baca Selengkapnya