Seorang pedagang menata bahan makanan jualannya di Pasar Senen, Jakarta, Senin (2/1). ANTARA/Zabur Karuru
TEMPO.CO, Jakarta - Deputy Country Director Bank Pembangunan Asia (ADB) Edimon Ginting memprediksi inflasi Indonesia hingga akhir tahun akan berada di angka 4,8 persen. Inflasi diperkirakan menurun karena dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak sudah menghilang. Berbeda dengan kondisi tahun lalu, ketika peningkatan inflasi lebih banyak disebabkan kenaikan harga BBM.
"Kenaikannya kan waktu itu Juni, penurunan terjadi setelahnya, karena diukur year on year. Tapi sebenarnya tekanan sudah menghilang," kata Edimon, Selasa, 1 April 2014.
Harga bahan pangan pun diperkirakan stabil. "Tahun lalu ada pembatasan impor beberapa bahan makanan," katanya. Harga komoditas di pasar internasional yang cenderung datar juga diperkirakan akan membuat tekanan terhadap perekonomian dalam negeri lebih rendah.
Faktor lain, kata dia, adalah riwayat inflasi. Jika pada tahun sebelumnya inflasi berada pada level yang tinggi, tahun selanjutnya hampir pasti akan terjadi penurunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan laju inflasi Maret 2014 sebesar 0,08 persen. Angka inflasi ini lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya. Adapun laju inflasi year on year (Maret 2013-Maret 2014) tercatat 7,32 persen. Sedangkan laju inflasi tahun kalender (Februari 2014-Januari 2014) sebesar 1,41 persen.
Edimon menanggapi positif angka yang dirilis BPS tersebut. "Saya kira akan on track, di tiga bulan pertama inflasi kita cukup rendah. Itu cukup untuk target di akhir tahun," kata Edimon. (Baca juga: Inflasi Selama Maret 0,08 Persen).
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
7 hari lalu
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.