TEMPO.CO , Jakarta- Wacana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) mendominasi arah gerak mata uang regional. Isu tersebut menyebabkan investor global khawatir akan aset-aset berisiko yang dimilikinya.
Di pasar mata uang, Rabu, 18 Maret 2014, rupiah kembali ditutup menguat 13 poin (0,12 persen) ke level 11.315 per dolar.0
Analis dari Monex Investindo Futures, Albertus Christian, mengatakan, bila pertemuan Komite Pasar Terbuka The Fed (FOMC) memutuskan perlu menyesuaikan suku bunga, besar kemungkinan akan terjadi peralihan dana dari negara berkembang menuju negara maju. Hal itulah yang membangun kekhawatiran seretnya likuiditas di dalam negeri. “Sebelum diumumkan, pertemuan FOMC ini akan terus membangun ekspektasi negatif,” ujar dia.
Namun kencangnya spekulasi suku bunga Amerika bakal tetap dipertahankan mendorong rupiah kembali bergerak positif. Indikator utama perekonomian Amerika yang belum menunjukkan perbaikan disinyalir menjadi alasan utama The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga rendah. “Fokus utama The Fed tampaknya masih seputar tingkat pengangguran,” Christian menjelaskan.
Sementara itu, revisi target pertumbuhan ekonomi yang disampaikan Bank Indonesia (BI) diprediksi menyebabkan berkurangnya aliran dana asing (capital inflow) yang masuk ke pasar uang domestik. Dalam waktu dekat, hal itu kemungkinan besar membuat rupiah cenderung bergerak stabil.
Pada hari ini, Kamis, 20 Maret 2014, rupiah pun diperkirakan masih berada dalam level 11.250-11.400 per dolar.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Media Malaysia Sebut RI Bantu AS Sembunyikan MH370
Wartawan Prancis Bikin Menhan Malaysia Melongo
Komandan Polisi Tewas Ditembak di Mapolda Metro
Anwar Ibrahim Akui Pilot MH370 Kerabatnya
Berita terkait
Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
7 jam lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
8 jam lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
21 jam lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
2 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
3 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaZulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi
3 hari lalu
Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.
Baca SelengkapnyaSehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187
3 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaPengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
3 hari lalu
BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
Baca SelengkapnyaIHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia
3 hari lalu
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaUang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024
4 hari lalu
BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.
Baca Selengkapnya