Gita Mundur Berdampak Negatif Bagi Ekonomi?

Reporter

Editor

Muchamad Nafi

Minggu, 2 Februari 2014 09:54 WIB

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan melakukan pemantauan harga kebutuhan pokok di Pasar Klender, Jakarta, Minggu (12/5). Pemantauan ini dilakukan untik mengantisipasi dimulainya bulan puasa yang kurang dari dua bulan lagi. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati menyayangkan langkah pengunduran diri Gita Wirjawan sebagai menteri perdagangan. Menurut Enny, melihat kondisi perekonomian yang sedang carut marut saat in, seharusnya Gita bisa berkonsentrasi untuk menyelesaikannya.

Banyaknya bencana yang terjadi di beberapa daerah akhir-akhir ini butuh penyelesaian dan koordinasi berbagai pihak termasuk kementerian perdagangan. "Banyak bencana, jalur distribusi pangan terganggu, harusnya diperbaiki dulu rantai pasoknya," kata Enny saat dihubungi, Sabtu, 1 Februari, 2014. Langkah pengunduran diri Gita dikhawatirkan berdampak negatif bagi perekonomian terutama perdagangan.

Hal lain yang membuat Enny menyayangkan langkah Gita adalah pengunduran dirinya justru saat ada dugaan kasus impor beras ilegal dari Vietnam. Jika tak segera diselesaikan, dia khawatir berdampak buruk bagi kondisi pangan dalam negeri. Ini dikarenakan harga beras sangat sensitif terhadap berbagai isu. (Baca: Gita Terseret Beras Ilegal, Ini Pembelaan Istana).

Secara umum, jika dibandingkan dengan saat masih dijabat Mari Elka Pangestu, Enny menilai kondisi perdagangan Indonesia di bawah Gita Wirjawan relatif menurun. Dia melihat faktor latar belakang Gita sebagai pengusaha membuat kebijakannya rawan conflict of interest, bahkan kepentingan politik. Hal ini berbeda dengan Mari Elka yang bukan pengusaha. "Walau siapa pun menterinya pasti rawan kepentingan politik."

Dia menilai kinerja neraca perdagangan yang pada saat Mari Elka sudah mengalami defisit, semakin memburuk pada era Gita. Walaupun neraca perdagangan lebih banyak dipengaruhi oleh impor minyak dan gas serta kondisi perekonomian global yang bukan ranah menteri perdagangan, namun beberapa pos seperti impor non-migas semestinya bisa diperbaiki oleh Gita.

Impor non-migas, kata Enny, selama ini minim pengawasan dan cenderung menimbulkan kartelisasi. Selain itu beberapa peraturan menteri perdagangan dianggap justru memperburuk situasi.

FAIZ NASHRILLAH


Berita Lain:
Aher Sudah Siap Jadi Capres PKS
Sesama Capres, Ali Masykur Bakal Periksa Gita
PKS Putusan Soal Capres Sabtu Sore Ini
Bambang Soesatyo: Gita Lari dari Tanggung Jawab

Berita terkait

Pengamat Usul Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Kembali Digabung di Pemerintahan Prabowo

1 hari lalu

Pengamat Usul Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Kembali Digabung di Pemerintahan Prabowo

Wacana penambahan kementerian di pemerintahan Prabowo berpotensi membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)

Baca Selengkapnya

Kementerian Perdagangan Sebut Waralaba Makanan dan Minuman Terbesar, Capai 47 Persen

4 hari lalu

Kementerian Perdagangan Sebut Waralaba Makanan dan Minuman Terbesar, Capai 47 Persen

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim menyebut bisnis waralaba di sektor makanan dan minuman menjadi yang terbesar

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

8 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Barang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?

11 hari lalu

Barang Pekerja Migran Bebas Masuk tapi Harus Ikuti Peraturan Menteri Keuangan, Apa Saja Syaratnya?

Kementerian Perdagangan menghapus pembatasan jumlah maupun jenis pengiriman atau barang impor milik pekerja migran (PMI) tapi tetap diawasi Bea Cukai

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

12 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

12 hari lalu

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

17 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Pameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar

17 hari lalu

Pameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar

Kementerian Perdagangan menggelar pameran dekorasi rumah Indonesia di Taiwan, total transaksi yang diperoleh Rp 4,73 miliar.

Baca Selengkapnya

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

17 hari lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

Menteri Perdagangan melantik pejabat eselon I dan II. Dia berpesan agar siap menghadapi keadaan geopolitik Timur Tengah saat ini.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

19 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya