Jusuf Kalla: Keputusan Paris Club Belum Final

Reporter

Editor

Kamis, 13 Januari 2005 19:04 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, keputusan Paris Club yang memberikan moratorium atau penundaan pembayaran utang luar negeri Indonesia masih belum final. Karena keputusan masih harus menunggu hasil kajian dan penelitian Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Menurut Wapres, dirinya sudah mendapat laporan dari Menteri Keuangan Yusuf Anwar mengenai hasil pertemuan Paris Club, yang diadakan di Paris, kemarin. Menteri Keuangan melaporkan secara prinsip ke-19 negara anggota Paris Club dapat menerima tawaran moratorium itu. Tapi hasil keputusan itu tidak serta-merta dapat langsung dijalankan. Karena masih harus menunggu kajian dan penelitian Bank Dunia dan IMF, tentang besarnya dana yang dibutuhkan untuk program pemulihan daerah Nanggroe Aceh Darussalam dan sumatera Utara pasca tsunami. "Jadi belum final yang di Paris itu. Sementara hanya diberikan moratorium sampai Bank Dunia mengadakan penelitian," kata Jusuf Kalla saat konferensi pers, di Kantor wakil Presiden, Jakarta, Kamis (13/1). Seperti diketahui, negara-negara kreditor anggota Paris Club telah menyetujui pemberian moratorium kepada Indonesia dan Sri Lanka, yang ditimpa musibah tsunami. Dari US$ 5 miliar cicilan pokok dan bunga yang harus dibayar pemerintah tahun ini, utang yang ditangguhkan pembayarannya US$ 3 miliar. Tapi belum diketahui secara pasti berapa lama waktu penundaan pembayaran utang tersebut. Menurut Jusuf Kalla, pemerintah telah menaksir kebutuhan dana untuk pemulihan Aceh selama lima tahun ke depan sebesar Rp 15 triliun. "Tapi itu hitungan sederhana, setelah kita melihat luas kerusakan dan jumlah rumah yang hancur," kata dia. Sedangkan secara pastinya, kata dia, akan dihitung oleh gabungan beberapa pihak yang terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Departemen Pekerjaan Umum, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan beberapa negara lainnya. Pertemuan yang melibatkan beberapa negara dan lembaga di atas, yang digelar di Jenewa, Swiss, hari Selasa (11/1) lalu, hanya membicarakan beberapa prinsip dasar. Dalam pertemuan Jenewa, Indonesia diwakili Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas Sri Mulyani. Menurut Jusuf, pertemuan itu untuk menghitung berapa nilai bantuan yang akan diberikan dunia internasional bagi semua wilayah atau negara yang terkena bencana tsunami. Selain itu, pertemuan juga menentukan siapa penanggungjawab teknis pelaksanaan proses rehabilitasi dan rekonstruksi suatu daerah pasca bencana. "Jadi pertemuan itu belum mengambil keputusan secara menyeluruh," kata Jusuf. Menurut dia, pada tahap awal Indonesia membutuhkan dana Rp 900 miliar untuk program kedaruratan selama enam bulan di Aceh. "Baru itu saja sebagai keputusan awalnya," kata dia. Pemerintah telah menyusun tiga tahap proses pemulihan Aceh. Tahap pertama adalah kedaruratan yang berlaku selama satu tahun. Selanjutnya tahap rehabilitasi dan rekonstruksi berbagai ifrastruktur dan sarana di daerah tersebut selama lima tahun. Sumber pendanaan untuk itu berasal dari APBN, bantuan luar negeri berupa hibah dan pinjaman lunak berjangka waktu panjang. Menurut Jusuf Kalla, pemerintah juga berencana menambah alokasi dana cadangan untuk pemulihan Aceh. Sebelumnya anggaran dana cadangan yang disiapkan pemerintah untuk bencana dalam APBN 2005 sebesar Rp 2 triliun, ditambah Rp 2 triliun dari dana bantuan sosial. Sekitar Rp 50 miliar telah digunakan pemerintah di awal terjadinya bencana di Aceh. "Ya pasti dibutuhkan lebih banyak lagi dana cadangan," kata Wakil Presiden. Yura Syahrul

Berita terkait

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

6 jam lalu

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa tersebut dirasakan di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo hingga Kabupaten Pohuwato.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

4 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

5 hari lalu

Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

Kebanyakan gempa memiliki Intensitas guncangan pada skala III MMI. Ada juga yang IV MMI. Simak data selengkapnya dari BMKG.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

5 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

7 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

8 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

8 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

8 hari lalu

Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

Langkah untuk menyusun jurnal terindeks Scopus, basis data paling bergengsi di dunia akademik, menjadi artikel utama Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Ruang dan Bencana Dahsyat 1871

9 hari lalu

Erupsi Gunung Ruang dan Bencana Dahsyat 1871

Erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara tak hanya menghasilkan gumpalan abu vulkanik.

Baca Selengkapnya

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

9 hari lalu

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

Erupsi Gunung Ruang sempat merusak alat pemantau aktivitas vulkanik. Gunung tak teramati hingga adanya peralatan pengganti.

Baca Selengkapnya