Pekerja memberikan pakan ayam di peternakan ayam pedaging di Desa Bantarjaya Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor, Jawa Barat Minggu (25/03). TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Peternak ayam potong yang tergabung dalam Forum Unggas Peternak Nusantara mendesak pemerintah memberlakukan tata niaga ayam. Tanpa pengaturan perdagangan, peternak kecil terdesak lantaran harga jual ayam di pasar lebih rendah dari biaya produksi.
Menurut Ketua Umum Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Unggas Nasional, Hartono, rendahnya harga jual ayam disebabkan oleh banjir pasokan dari peternak besar di pasar tradisional. Hal ini terjadi lantaran pemerintah tidak membagi segmen pasar bagi peternak rakyat dan industri peternakan besar. "Terjadi persaingan yang tidak adil. Pengusaha besar bisa menjual dengan harga yang melemahkan peternak kecil," kata dia di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2013.
Saat ini, Hartono mengatakan, biaya produksi ayam mencapai Rp 17.000 per ekor. Biaya tersebut muncul dari harga bibit ayam dan pakan yang tengah melambung. Namun harga ayam potong di pasaran kini cuma mencapai Rp 13.500 per ekor. "Peternak rakyat harus nombok," ujarnya.
Peternak asal Jawa Timur, Arif, mengatakan bahwa kondisi ini akan terus terjadi selama perusahaan besar diperbolehkan menjual ayam di pasar tradisional. Agar harga jual bisa di atas biaya produksi, peternak menuntut industri besar tidak memasarkan produknya di pasar tradisional.
Direktur Budidaya Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian, Fauzi Luthan, mengatakan tuntutan peternak akan diusulkan dalam revisi Undang-Undang Peternakan yang tengah digodok Dewan Perwakilan Rakyat. Dia mengakui, anjloknya harga disebabkan tidak adanya tata niaga.