Dirut PLN: Subsidi Bengkak Akibat Dolar Naik  

Reporter

Rabu, 25 September 2013 14:39 WIB

Mantan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Nur Pamudji. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Nur Pamudji, mengatakan hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan yang menyebut realisasi belanja subsidi lebih besar daripada anggaran disebabkan adanya pembengkakan biaya produksi.

"PLN, kan, beli bahan bakar untuk pembangkit listrik, nah harga minyak itu fluktuatif," ujarnya di kantor Kementerian BUMN, Rabu, 25 September 2013. Selain itu, dia menambahkan, pelemahan rupiah terhadap dolar juga membuat harga beli solar meningkat.

PLN, kata Nur, memang membayar biaya pembelian bahan bakar minyak menggunakan rupiah. "Tapi, kan, harga minyaknya mengikuti Mean of Platts Singapore (MOPS) atau indikator harga jual minyak dunia yang menggunakan dolar," kata Nur. "Dengan harga yang fluktuatif, apalagi rupiah terus melemah, ya, wajar subsidi membengkak. MOPS, kan, tidak mengikuti asumsi harga minyak pada APBN."

Subsidi untuk PLN, kata Nur, dihitung dari selisih antara biaya aktual yang dikeluarkan PLN untuk produksi listrik dan penerimaan dari pembayaran listrik oleh pelanggan. "Data pendapatan kami dari pelanggan selalu tercatat, kok, database-nya lengkap dan terkomputerisasi," ujarnya. "Wajar jika realisasi subsidi selalu lebih besar karena penerimaan PLN tidak cukup untuk menutupi biaya produksi." Selain itu, biaya produksi juga selalu membengkak akibat harga bahan bakar yang fluktuatif.

Nur menolak jika realisasi subsidi yang lebih besar ini digolongkan sebagai mark-up. "Dalam audit, BPK pakai cara yang sama untuk menghitung anggaran setiap BUMN. Padahal, kan, imbas harga minyak ini berbeda-beda pada setiap BUMN," kata dia. Dia menegaskan, PLN selalu mengikuti ketentuan Menteri Keuangan dalam soal pembiayaan anggaran yang menggunakan subsidi. "Kementerian Keuangan punya daftar pos apa saja yang tidak boleh disubsidi, kami mengikuti itu."

Sebelumnya diberitakan, Badan Pemeriksa Keuangan mengklaim telah menemukan upaya penggelembungan belanja subsidi yang dilakukan oleh 10 badan usaha milik negara penerima PSO. Pekan lalu, Ketua BPK Hadi Poernomo menyatakan lembaganya telah menyelamatkan Rp 33,88 triliun uang negara dari praktek tersebut. Setiap tahun BPK selalu menemukan penyimpangan administrasi maupun dugaan korupsi oleh entitas terperiksa.

Pada 2011, BPK mengoreksi belanja subsidi sebesar Rp 2,5 triliun, jumlahnya meningkat pada 2012 menjadi Rp 9,5 triliun. Dalam hasil pemeriksaan BPK yang salinannya diperoleh Tempo, dugaan penggelembungan dana PSO sepanjang 2007-2012 dilakukan oleh PT PLN sebanyak Rp 12,4 triliun. Pada posisi berikutnya adalah PT Pertamina dan Perum Bulog dengan jumlah masing-masing Rp 7,8 triliun. Adapun subsidi PT KAI yang dikoreksi sebesar Rp 667 miliar.

PRAGA UTAMA

Terhangat:
Lurah Lenteng Agung | Mobil Murah | Kontroversi Ruhut Sitompul

Berita Terpopuler
Pertamina Klaim Pemasangan RFID Kelar September
RFID Molor, Beli Bensin Gunakan Kartu Debit
Inflasi September Diprediksi di Bawah 1 Persen
Aviliani: Mobil Murah Jelas Blunder



Berita terkait

GM PLN UID Banten Operasikan 51 Unit SPKLU, Layani Arus Balik Jalur Mudik Tol Jakarta-Merak

11 hari lalu

GM PLN UID Banten Operasikan 51 Unit SPKLU, Layani Arus Balik Jalur Mudik Tol Jakarta-Merak

Di setiap lokasi rest area SPKLU terdapat posko siaga PLN yang dapat dimanfaatkan para pengguna mobil listrik untuk beristirahat dan menunggu pengisian baterai.

Baca Selengkapnya

Tersedia SPKLU PLN di Sumatra Bikin Nyaman Mudik dengan Kendaraan Listrik

12 hari lalu

Tersedia SPKLU PLN di Sumatra Bikin Nyaman Mudik dengan Kendaraan Listrik

Kehadiran fasilitas SPKLU menjadi salah satu faktor penting dalam kelancaran arus mudik Lebaran tahun ini bagi kendaraan listrik

Baca Selengkapnya

PLN Siapkan SPKLU di Banyak Lokasi, Pemudik: Pakai Mobil Listrik Jadi Nyaman!

15 hari lalu

PLN Siapkan SPKLU di Banyak Lokasi, Pemudik: Pakai Mobil Listrik Jadi Nyaman!

PLN telah menyiagakan 1.299 unit SPKLU yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Khusus momen mudik tahun ini, PLN juga menyiagakan petugas yang berjaga 24 jam untuk membantu para pemudik

Baca Selengkapnya

Mudik Lebaran ke Bali dengan Mobil Listrik? Ini Titik-titik SPKLU di Pulau Dewata

20 hari lalu

Mudik Lebaran ke Bali dengan Mobil Listrik? Ini Titik-titik SPKLU di Pulau Dewata

PT PLN (Persero) telah menyiapkan 76 SPKLU di 30 lokasi di Bali untuk mendukung mobilitas kendaraan listrik selama periode Lebaran tahun 2024.

Baca Selengkapnya

PLN Siagakan 1.124 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum untuk Mudik 2024

27 hari lalu

PLN Siagakan 1.124 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum untuk Mudik 2024

PLN juga mengerahkan 3.504 pegawai yang akan stand by selama 24 jam nonstop di SPKLU.

Baca Selengkapnya

PLN Dukung Ketetapan Pemerintah: Tarif Listrik Tidak Naik

27 hari lalu

PLN Dukung Ketetapan Pemerintah: Tarif Listrik Tidak Naik

Berbagai upaya efisiensi dan digitalisasi yang telah dilakukan PLN menjadi kunci dalam mewujudkan komitmen ini.

Baca Selengkapnya

PLN Dukung Kepengurusan Forum Manajemen Risiko BUMN 2024-2027

27 hari lalu

PLN Dukung Kepengurusan Forum Manajemen Risiko BUMN 2024-2027

Kepengurusan Forum Manajemen Risiko dinilai proaktif. Memudahkan kolaborasi antara BUMN.

Baca Selengkapnya

PLN Energi Primer Indonesia Siapkan Gasifikasi Pembangkit di Sulawesi-Maluku

27 hari lalu

PLN Energi Primer Indonesia Siapkan Gasifikasi Pembangkit di Sulawesi-Maluku

Pengembangan program gasifikasi pembangkit turut melibatkan konsorsium.

Baca Selengkapnya

Ini 10 Perusahaan Terbesar di Indonesia, Pertamina Pertama

30 hari lalu

Ini 10 Perusahaan Terbesar di Indonesia, Pertamina Pertama

Pertamina menjadi perusahaan terbesar di Indonesia versi Majalah Fortune. Ini daftar 10 perusahaan raksasa di Indonesia.

Baca Selengkapnya

PLN Sambung Listrik Serentak untuk 230 Pelanggan Usaha di Jakarta

40 hari lalu

PLN Sambung Listrik Serentak untuk 230 Pelanggan Usaha di Jakarta

Pemasangan listrik untuk kalanan industri, bisnis, dan UMKM membantu pergerakan ekonomi di Jakarta.

Baca Selengkapnya