TEMPO.CO, Jakarta -Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan, impor pesawat dan lokomotif tetap dilakukan meski bisa membuat defisit neraca perdagangan kian lebar. Penundaan impor tak bisa dilakukan karena kontrak telah diteken oleh PT Garuda Indonesia (Persero) dan PT KAI (Persero), dengan eksportir.
"Kalau sudah diteken kontrak tidak mungkin, bisa rugi nggak karuan. Tapi kalau belum teken kontrak rencana impor bisa ditunda," katanya di Kementerian BUMN, Ahad 8 September 2013.
Seperti diketahui Kementerian Perdagangan berencana meminta BUMN untuk menunda impor barang modal dengan nilai besar. Tujuannya agar beban defisit neraca perdagangan berkurang. Barang-barang itu antara lain pesawat dan lokomotif kereta api.
Salah satu perusahaan pelat merah yang gencar melakukan impor pesawat adalah maskapai penerbangan Garuda. Pada tahun 2013 ini, Garuda Indonesia akan menerima sebanyak 24 pesawat baru. Selain mendatangkan empat armada Boeing 777-300ER, Garuda Indonesia juga akan menerima tiga Airbus A330, sepuluh Boeing 737-800NG, dan tujuh Bombardier CRJ1000 NextGen. Sementara itu, anak perusahaan Garuda Indonesia yang bergerak di segmen Low Cost Carrier (LCC), Citilink, pada tahun ini akan menerima 11 armada A320-200.
Sementara itu PT KAI tahun ini memesan 100 unit lokomotif asal Amerika Serikat dan Jerman yang datang secara berkala hingga 2014.