TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pejabat Bank Indonesia menilai komposisi kepemilikan asing di bank nasional terlalu besar. Hal ini disampaikan para kandidat Deputi Gubernur Bank Indonesia, ketika menjalani uji kelayakan dan kepatutan di Komisi Keuangan DPR.
"Saya melihat bahwa dominasi terlalu besar untuk kepemilikan asing. Saya melihat itu agak berbahaya bagi stabilitas sistem keuangan," kata Asisten Gubernur BI, Hendar, Senin, 1 Juli 2013.
Meski begitu, selama Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah masih mengizinkan kepemilikan investor asing hingga 99 persen pada bank nasional dan tak ada aturan yang mewajibkan bank asing untuk berbadan hukum lokal, BI hanya bisa mengantisipasi risiko dengan cara lain. Salah satunya dengan mewajibkan bank yang belum berbadan hukum Indonesia atau kantor cabang bank asing (KCBA) menempatkan sejumlah dananya dalam bentuk aset likuid di domestik atau yang dikenal dengan capital equavalency maintained assets (CEMA).
"CEMA adalah bagian dari upaya kami untuk mengurangi kerentanan," katanya. Tapi, ia setuju, perlu ada pengkajian aturan secara keseluruhan terkait kepemilikan asing. "Jangan terlalu dominan dalam lembaga keuangan ini," katanya.
Ditanya anggota komisi berapa angka yang wajar, Hendar menjawab, "Kalau 41:59 sesuatu yang make sense menurut saya," ucapnya.
Adapun kandidat lainnya, yakni Asisten Gubernur BI, Mulya E. Siregar menilai maksimal 49 persen sebagai batas wajar. "Jangan dominan," katanya.
MARTHA THERTINA
Topik Terhangat
Tarif Progresif KRL |Bursa Capres 2014 |Ribut Kabut Asap| PKS Didepak?
Berita terpopuler:
Cara Kepolisian Tutupi Kasus Upaya Suap Anggotanya
Petinggi Polisi Minta Kasus Suap Tidak Bocor
Luthfi Hasan Tuding KPK Ingin Hancurkan PKS
Bupati Rote Bantah Roy Suryo Marah-marah di Hotel
Stasiun UI Masih Gunakan Tiket Kertas
Polisi: Laporan Wartawati Korban Perkosaan Janggal
Berita terkait
Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan
4 jam lalu
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
9 jam lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
11 jam lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
1 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
2 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
3 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaZulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi
4 hari lalu
Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.
Baca SelengkapnyaSehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187
4 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaPengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
4 hari lalu
BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
Baca SelengkapnyaIHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia
4 hari lalu
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Baca Selengkapnya