Neraca Pembayaran Indonesia Defisit US$ 6,6 miliar

Reporter

Kamis, 16 Mei 2013 11:00 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia melansir neraca pembayaran Indonesia (NPI) defisit US$ 6,6 miliar sepanjang triwulan pertama 2013. Hal ini terjadi karena transaksi modal dan finansial yang sebelumnya diandalkan menutup defisit pada transaksi berjalan justru mengalami defisit.

"Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Maret 2013 turun menjadi sebesar US$ 104,8 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 5,7 bulan, di atas standar kecukupan internasional," demikian tertulis dalam siaran pers yang dilansir BI, Rabu malam, 15 Mei 2013.

BI memaparkan, keseimbangan eksternal Indonesia pada triwulan pertama 2013 sebenarnya mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari defisit transaksi berjalan yang menyusut dari defisit US$ 7,6 miliar atau 3,5 persen dari PDB pada triwulan IV 2012 menjadi US$ 5,3 miliar atau 2,4 persen dari PDB pada triwulan I 2013.

Perbaikan ini diklaim bersumber dari dua hal. Pertama, naiknya surplus neraca perdagangan nonmigas. Impor tercatat turun lebih tajam daripada ekspor. Penurunan impor nonmigas itu dikarenakan perlambatan konsumsi dan investasi domestik, yang tercermin dari penurunan impor barang-barang konsumsi dan barang-barang modal.

Kinerja ekspor nonmigas secara riil juga sudah mulai membaik. Mengikuti pertumbuhan volume perdagangan dunia yang meningkat, meski secara nominal masih tumbuh negatif akibat harga komoditas ekspor yang turun.

Meski begitu, defisit neraca perdagangan migas kembali meningkat akibat pertumbuhan volume konsumsi bahan bakar minyak dan produksi minyak yang terus menurun.

Perbaikan pada defisit transaksi berjalan juga disebabkan oleh penurunan defisit neraca jasa. Defisit turun disebabkan berkurangnya pengeluaran jasa transportasi, mengikuti turunnya impor nonmigas, dan pengeluaran jasa travel menyusul turunnya jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri pasca berakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga menyusut, terutama akibat berkurangnya pembayaran bunga utang luar negeri.

Berbeda dari triwulan sebelumnya, dimana defisit transaski berjalan bisa ditutup surplus pada neraca modal dan finansial. Triwulan ini, neraca modal dan finansial defisit. "Kebijakan Bank Indonesia dalam memperbesar pasokan valuta asing untuk pembayaran impor minyak menyebabkan transaksi modal dan finansial mengalami defisit sebesar US$ 1,4 miliar," demikian tulis BI.


MARTHA THERTINA

Berita terkait

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

12 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

14 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

4 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya