Industri Olekimia Mampu Saingi Malaysia

Reporter

Selasa, 14 Mei 2013 18:36 WIB

Kelapa sawit. REUTERS/Roni Bintang

TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Direktur Jenderal Industri Agrobisnis Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim, mengatakan Indonesia berpeluang menjadi basis industri olekimia (olechemical) dunia. "Sebagai produsen terbesar minyak sawit mentah (crude palm oil), Indonesia mampu mengungguli Malaysia, China, India, bahkan Uni Eropa," kata Abdul di Jakarta, Selasa 14 Mei 2013.

Industri olekimia berperan dalam mengolah minyak sawit menjadi aneka produk kimia bernilai tinggi. Produk kimia tersebut diantaranya adalah fatty acid, fatty alcohol, glycerine, methyl ester dan turunan lainnya. Saat ini Indonesia menduduki peringkat empat sebagai penghasil olekimia setelah Malaysia, Cina, dan India.

"Mindsetnya harus diubah dari yang mengandalkan produksi minyak sawit mentah menjadi produsen aneka turunan minyak sawit bernilai tambah tinggi seperti industrialisasi olekimia," ujar abdul pada pembukaan acara Seminar dan Musyawarah Nasional Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN).

Di tahun 2010, pemerintah telah mencanangkan Program Nasional Hilirisasi Industri Kelapa Sawit. Program tersebut mengintegrasikan sektor hulu (on farm) perkebunan dengan sektor hilir (off farm) industri menjadi sebuah klaster industri.

Menurut Abdul, Indonesia sangat berpotensi untuk industri olekimia. "Kita punya bahan baku cukup besar, jangan sampai mengekspor dalam bentuk mentah" ujarnya. Selain itu, menurutnya, Indonesia merupakan produsen nomor satu di dunia untuk CPO.

Abdul mengatakan dalam peta jalan (roadmap) target ekspor makin ke hilir roadmap 2020 akan semakin membaik. "Target ekspor tahun ini 40-60 persen," ujar Abdul.

Target tahun ini ekspor lebih banyak di hilir. "Dulu hulu 60 persen, hilir 40 persen, sekarang dibalik," ucap Abdul.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin), mengatakan sejak adanya dukungan dari pemerintah, banyak investor yang tadinya enggan, sekarang bermain di industri ini. "Bea Keluar semoga tidak diotak-atik lagi, nanti industri hilir tidak berlanjut," ujarnya saat ditemui di Hotel Borobudur, Selasa, 14 Mei 2013.

Stefanus mengatakan, pemain industri hulu banyak yang mulai berinvestasi di industri hilir ini. "Sinar Mas salah satunya sudah jalan, Permata Hijau masih dalam konstruksi," ucapnya. Ia mengatakan Unilever juga mulai menanamkan modalnya di industri ini di Indonesia.

Menurut Stefanus, penggunaan olekimia ini dapat mensubtitusi penggunaan petrochemical di Industri sebanyak 20-30 persen. "Untuk mengganti 100 persen sulit," ujarnya

WINNIE AMALIA R

Topik Terhangat:
Teroris | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh


BISNIS Terpopuler

Laporan Faktual Investigasi Lion Air Segera Dikirim
Disebut Jadi Menkeu, Ini Kata Chatib Basri
SKK Migas Minta Kontrak Blok Masela Diperpanjang



Berita terkait

Profil Wilmar Group, Produsen Minyak Goreng Sania dan Fortune

16 Juni 2023

Profil Wilmar Group, Produsen Minyak Goreng Sania dan Fortune

Wilmar Group, produsen minyak goreng merek Sania dan Fortune, terkenal di Indonesia. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

7 Minyak Pengganti Minyak Goreng Sawit dan Malah Lebih Sehat

16 Januari 2022

7 Minyak Pengganti Minyak Goreng Sawit dan Malah Lebih Sehat

Melambungnya harga CPO atau sawit membuat harga minyak goreng mahal. Tak perlu khawatir Anda dapat mengganti dengan minyak lain yang lebih sehat.

Baca Selengkapnya

Kemenperin Sebut Kebijakan Ini Membuat Industri Pengolahan Sawit Tumbuh

21 Oktober 2021

Kemenperin Sebut Kebijakan Ini Membuat Industri Pengolahan Sawit Tumbuh

Kemenperin juga menyiapkan kawasan industri sebagai lokus investasi baru/perluasan industri hilir kelapa sawit

Baca Selengkapnya

Pengusaha Sawit Sulit Dapat Kredit dari Bank Eropa

20 Mei 2020

Pengusaha Sawit Sulit Dapat Kredit dari Bank Eropa

Masifnya kampanye negatif sawit Indonesia membuat pengusaha sulit mendapatkan kredit dari bank Eropa.

Baca Selengkapnya

Ekspor CPO Hanya Tumbuh 2,1 Persen selama Januari - Oktober 2019

24 Desember 2019

Ekspor CPO Hanya Tumbuh 2,1 Persen selama Januari - Oktober 2019

Volume ekspor produk minyak sawit Indonesia atau CPO tercatat naik tipis sebesar 2,1 persen

Baca Selengkapnya

RI Gugat Uni Eropa di WTO, Lawan Diskriminasi Kelapa Sawit

15 Desember 2019

RI Gugat Uni Eropa di WTO, Lawan Diskriminasi Kelapa Sawit

RI menggugat Uni Eropa atas diskriminasi produk kelapa sawit.

Baca Selengkapnya

Ekspor CPO dan Turunannya Bebas Pungutan Sampai Akhir Tahun

10 Oktober 2019

Ekspor CPO dan Turunannya Bebas Pungutan Sampai Akhir Tahun

Bea keluar nol rupiah untuk ekspor produk CPO dan turunannya itu mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober sampai dengan 31 Desember 2019.

Baca Selengkapnya

Genjot Produksi CPO, Sumsel Remajakan 23 Ribu Hektar Kebun Sawit

20 September 2019

Genjot Produksi CPO, Sumsel Remajakan 23 Ribu Hektar Kebun Sawit

Sumatera Selatan menargetkan bisa melakukan peremajaan atau replanting sekitar 23.014 Ha kebun sawit di berbagai kabupaten dan kota.

Baca Selengkapnya

India Janji Beri Diskon Tarif Bea Masuk Sawit dari Indonesia

9 September 2019

India Janji Beri Diskon Tarif Bea Masuk Sawit dari Indonesia

Penurunan tarif bea masuk ini akan membuat harga produk olahan sawit Indonesia setara dengan Malaysia.

Baca Selengkapnya

Temuan BPK: Perkebunan Kelapa Sawit Besar Banyak Bermasalah

23 Agustus 2019

Temuan BPK: Perkebunan Kelapa Sawit Besar Banyak Bermasalah

BPK menyebut perusahaan yang bermasalah tersebut terdaftar di bursa efek dan termasuk "pemain besar" di industri kelapa sawit.

Baca Selengkapnya