TEMPO.CO, Jakarta - Direktur jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami mengatakan di antara semua negara ASEAN, hanya dengan Thailand yang neraca perdagangan nonmigas dengan Indonesia mengalami defisit. “Jumlahnya juga tak kecil. Pada Januari - Maret, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand mencapai US$ 1,381 miliar,” ungkapnya Sabtu 11 Mei 2013.
Menurut dia, salah satu penyebab defisit perdagangan dengan Negeri Gajah Putih adalah impor produk pertanian yang mencapai US$ 5 miliar per tahun. “Karena Indonesia banyak belanja beras dan buah-buahan,” ujarnya.
Karena itu Gusmardi meminta agar masyarakat mengurangi konsumsi buah impor. “Makanya untuk buah-buahan agar masyarakat mengonsumsi buah dalam negeri, biar bisa menyeimbangkan neraca,” katanya.
Selain produk pertanian. Hingga akhir triwulan I 2013, Badan Pusat Statistik mencatat beberapa komoditas dari Thailand yang nilai impornya signifikan adalah kendaraan dan bagiannya (US$ 825,43 juta), mesin atau pesawat mekanik (US$ 467,07 juta), plastik dan barang dari plastik (US$ 273,19 juta).
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Adi Lumaksono mengatakan kendaraan yang banyak diimpor dari Thailand adalah tipe sedan. Menurut dia, meskipun beberapa pabrikan mobil Jepang telah membangun pabrik di Indonesia dan hasilnya juga telah diekspor ke beberapa negara ASEAN, termasuk Thailand. Namun, jenis mobil yang diproduksi di Indonesia umumnya berjenis minibus. “Karena pertumbuhan ekonomi, orang lebih memilih sedan, padahal itu banyak diimpor dari Thailand,” kata Adi.
Badan Pusat Statistik juga mencatat bahwa sepanjang kuartal pertama 2013, nilai total perdagangan Indonesia dengan sembilan negara ASEAN lain adalah US$ 15,7 miliar dengan rincian US$ 7,63 miliar impor dan US$ 8,07 miliar ekspor.
Sementara, dengan Thailand, nilai ekspor nonmigas Indonesia US$ 1,37 miliar dikalahkan oleh impor sebesar US$ 2,76 miliar.
PINGIT ARIA