Daya Beli Petani Naik Tipis  

Rabu, 1 Mei 2013 15:20 WIB

Warga penduduk desa di Kecamatan Somagede Banyumas menggelar Festival Budaya Petani, (31/3). Festival ini selain menampilkan ritual budaya petani yang hampir punah, juga sebagai ajang menyambut tahun kunjungan wisata Jawa Tengah 2013. Tempo/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar petani nasional pada April 2013 sebesar 104,55 atau naik 0,01 persen dibanding bulan sebelumnya. Nilai tukar petani adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

Nilai tukar ini dibuat dalam bentuk persen. Bila nilai yang dihasilkan di atas 100 berarti nilai barang yang dihasilkan petani melebihi nilai konsumsinya. Angka ini merupakan salah satu indikator untuk melihat daya beli petani di pedesaan.

"Semakin tinggi nilai tukar petani, maka semakin kuat pula daya belinya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin, dalam penjelasannya di Jakarta, Rabu, 1 Mei 2013.

Kenaikan nilai tukar petani didukung oleh kenaikan nilai tukar subsektor hortikultura sebesar 0,30 persen, dari 107,94 menjadi 108,27. "Kenaikan ini selain didukung naiknya harga beberapa jenis produk hortikultura juga didorong oleh kebijakan," kata Suryamin. Selain subsektor hortikultura, nilai tukar subsektor perkebunan rakyat juga naik 0,10 persen, dari 105,07 menjadi 107,17, dan subsektor peternakan naik 0,33 persen, dari 100,82 ke 101,15.

Sebaliknya, nilai tukar petani tanaman pangan justru turun 0,16 persen, dari 104,01 ke 103,84. "Ini terjadi karena masuk masa panen sehingga harga produk pangan cenderung menurun," kata Suryamin. Begitu juga pada subsektor perikanan, nilai tukar petani turun 0,09 persen, dari 105,19 ke 105,10.

Dari 32 provinsi yang dihitung nilai tukar petaninya, 12 provinsi mengalami kenaikan, sementara 20 sisanya justru menurun. Bulan lalu, Gorontalo tercatat sebagai provinsi yang mengalami kenaikan nilai tukar petani paling tinggi, yakni 0,90 persen. Sebaliknya, di titik terendah, Jambi mengalami penurunan nilai tukar petani sebesar 0,84 persen.

Bulan lalu, BPS juga mencatat deflasi di pedesaan Indonesia sebesar 0,02 persen. "(Deflasi) terutama disebabkan turunnya indeks kelompok pangan," kata Suryamin.

PINGIT ARIA

Berita terkait

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

19 jam lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

4 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

7 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

8 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

8 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

8 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

8 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

8 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

9 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

9 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya